Setiap penulis  ecek-ecek yang masuk Kompasiana lama kelamaan hampir dipastikan ingin naik status menjadi penggocek, yakni dengan cara membuat tulisan yang baik dan menarik,  dengan kaidah-kaidah kepenulisan yang populer tanpa menghilangkan ciri khas si Kompasianer.Â
Penulis penggocek merupakan penulis yang bisa enjoy membangun diksi secara menarik, setiap kata dan  kalimat terasa hidup, menjadi candu bagi pembacanya dalam menuntaskan tulisan tersebut.Â
Ada suatu energi yang membuat seorang penulis Kompasiana tak mau selamanya "ecek-ecek". Energi itu berangkat dari suatu situasi sesama penulis saling melihat, mengamati, dan saling belajar tulisan temannya. "Kok,  tulisan si Anu bisa menarik banyak orang,  ya? Kok diksinya bisa bagus gitu, sih? Kok bisa efektif dalam penggunaan kata, ya? Kok tulisan si anu bisa sangat nganu sehingga dibaca banyak orang sampai ternganu-nganu?" Padahal isu yang ditulis itu relatif sama dengan yang kita tulis !
Mereka tanpa sadar dibawa "secara paksa" masuk dalam habitus menulis secara beradab. Wooiii ! Apaan seh?
Tulisan yang beradab adalah tulisan yang tak semata celoteh pendek seperti di medsos pada umumnya. Tulisan beradab itu dibangun berdasarkan argumentasi yang kuat, terstruktur, faktual, imaginatif yang dibekali referensi valid, sehingga pembaca mendapatkan sebuah perspektif baru tentang suatu hal tertentu. Tulisan itu memperkaya wawasan penulis dan para pembaca, sekaligus menjadikan si Penulis tak lagi ecek-ecek.
Kebijakan itu merupakan kebijakan populis. Hampir setiap orang di negara ini sangat mendukung  sehingga menciptakan arus mainstream di ruang publik. Sementara, kamu berpikir lain, dan tidak setuju!  Nah, ketidaksetujuan itu sejatinya ditulis secara beradab, sesuai dengan kriteria beradab tersebut diatas. Ada pesan unik yang kamu sampaikan kepada pembaca/publik dalam bentuk tulisan, baik fiksi maupun non fiksi.
Disinilah pertaruhan kamu sebagai penulis, apakah cuma ecek-ecek atau telah jadi penggocek.
Kompasiana telah hadir 11 tahun ditengah persaingan dalam rimba raya dunia maya, khususnya media sosial. Telah banyak penulis ecek-ecek yang dijadikannya penggocek, termasuk saya. Di  usia Kompasiana yang ke 11 ini, kita bisa melihat roadmap atau mailstone tulisan kita sejak awal masuk Kompasiana hingga kini. Apakah kita masih 'ecek-ecek' atau sudah menjadi 'penggocek'? Kalau sejak awal masuk sudah jadi penggocek, apakah turun jadi ecek-ecek, atau naik menjadi kampiun penggocek?Â
"Hah? Benarkah itu, oma?"
"Benar, Ani. Kalau kau tak percaya, belahlah dadaku. Aku sih rapopo..."