Selama 74 Tahun Indonesia Merdeka, baru kali ini ada putera Dayak yang masuk jajaran kabinet pemerintahan RI.
"Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka'Jubata."Â
Kalimat itu merupakan filosofi dan pedoman hidup serta semboyan orang Dayak yang dijadikan salam atau semboyan Dayak secara nasional, yangv ditetapkan dalam musyawarah MAD (Majelis Adat Dayak) Nasional. Semboyan ini berasal dari Sub suku Dayak Kanayant, Kalimantan Barat.Â
Di pulau Kalimantan secara keseluruhan sub-Suku Dayak berjumlah 450 sub Suku Dayak (Coomans 1987, Ukur 1992; Lahajir 2001, Maunati 2004, Pebriano, 2006). Dari hasil kajian tahun 2008 Institut Dayakologi, di Kalimantan Barat sendiri jumlahnya 168 sub Suku Dayak yang dihitung berdasarkan ragam bahasa Dayak yang ada (metode linguisatik).
Â
Arti semboyan "Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka'Jubata" secara harafiah adalah Adil Ka'Talino artinya adil terhadap sesama manusia, Bacuramin Ka'Saruga artinya becermin/berpedoman/berpandangan hidup pada surga, dan Basengat Ka' Jubata artinya selalu mengingat Tuhan sebagai pemberi kehidupan.
Selama 74 Tahun Indonesia Merdeka, baru kali ini ada putera Dayak yang masuk jajaran kabinet pemerintahan RI. Dia adalah Alue Dohong yang ditunjuk presiden Jokowi sebagai Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH).
Sebelumnya jabatan Alue Dohong adalah Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan Badan Restorasi Gambut sejak 2016. Beliau putera Dayak Alue Kalimantan Tengah. Sebelum berkiprah di BRG, Alue Dohong mendirikan Lembaga Pengkajian, Pendidikan, dan Pelatihan Lingkungan Hidup (LP3LH) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Beliau merupakan Dosen di Universitas Palangkaraya, PTN terbesar di Kalimantan Tengah. Beliau mengajar bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup di Fakultas Kehutanan. Dia kelahiran Tumbang Kalang, Kalimantan Tengah, menyelesaikan pendidikan S2 environmental management di Nottingham University, Inggris. Dia menempuh pendidikan S3 di University of Queensland, Australia.
Dalam bidang sosial dan budaya, Alue Dohong juga menjadi pengurus pusat di Majelis Adat Dayak Nasional.
Berbeda dengan sejumlah kelompok masyarakat minoritas di Indonesia, seperti keturunan Tionghoa, Papua, dan lain-lain yang sudah pernah menjadi anggota kabinet pada pemerintahan sebelumnya, putera Dayak memang belum pernah jadi menteri atau wakil menteri.