Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Sensasi Bintang di Pelantikan Jokowi-Maruf

20 Oktober 2019   12:21 Diperbarui: 20 Oktober 2019   22:26 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompas.com

Jokowi memang dilantik jadi Presiden RI, tapi bintang dalam pelantikannya bukan dia

Pelantikan Jokowi sebagai presiden RI untuk periode ke dua merupakan peristiwa sejarah bangsa, negara serta bagi Jokowi secara pribadi. Namun sensasi sejarah itu tidak sebesar ketika Jokowi dilantik pada periode pertama tahun 2014. Saat itu dia adalah presiden baru Indonesia.  Dia muncul dari entitas politik 'yang tak biasa' dalam sejarah bangsa. 

Jokowi bukanlah tokoh dari "elit politik nasional" yang terbiasa dan sudah lama malang melintang di kancah politik. Bandingkan dengan  SBY  yang terlebih dahulu menjadi elit TNI dan menteri, atau Megawati yang ketua partai besar dan keturunan ningrat politik. 

Jokowi adalah orang biasa, yang tak pernah diperhitungkan ketika mulai berkiprah di dunia politik. Jadi, ketika Jokowi pertama kali terpilih jadi presiden, sensasi pelantikannya menjadi sebuah euforia besar bangsa ini. Kala itu, Jokowi merupakan Bintang baru dalam sejarah politik Indonesia.

Sedangkan saat ini Jokowi sebagai incumbent yang dilantik kembali. Selama lima tahun pemerintahannya di periode pertama, Jokowi telah menjadi tokoh politik pada umumnya sehingga  pelantikannya kali ini tak lagi hal yang luar biasa, tak lebih sebuah legalitas untuk bekerja, menyelesaikan sejumlah program pembangunan  yang belum selesai.

Segala kehebatan Jokowi saat menjalankan tugas kepresidenan di periode pertama justru menjadikan peristiwa pelantikannya di periode ke dua menjadi tidak hebat. Menjadi biasa-biasa saja, layaknya 'business as usual" dalam suatu keberlanjutan sebuah dinamika kepengelolaan lembaga (pemerintahan). 

Harapan publik yang tersemat pun sudah terbaca sejak awal.   Padahal, harapan inilah salah satu bumbu penyedap sensasi pelantikan presiden baru. Harapan yang inheren di dalam imaginasi kolektif publik  disematkan kepada si Tokoh yang baru menjabat. Hal tersebut memunculkan Bintang terang di ruang pelantikan. 

Ketika Jokowi tak lagi menjadi sebuah magnet sensasi pelantikan presiden di periode kedua, apakah moment sejarah kali ini tak lagi memiliki sensasi yang memunculkan bintang peristiwa? Tetap ada ! Siapa orangnya? Prabowo!

Prabowo bukan presiden. Prabowo "cuma tamu" pelantikan presiden. Tapi perjalanan  dinamika Pilpres 2019 yang mengharu biru, penuh ironi, dramatis dengan darah dan air mata anak negeri menempatkannya pada panggung politik yang tinggi. 

Perjalanan perseteruan Pilpres 2019 sebenarnya keberlanjutan dari Pilpres 2014. Hasilnya menempatkan Prabowo bukan orang yang terpilih, namun tak menyurutkan potensi dirinya menjadi sensasi dan bintang pelantikan Presiden RI. 

sumber gambar ; tribunnews.com
sumber gambar ; tribunnews.com
Pada pelantikan Presiden tahun 2014, sensasi dan bintangnya adalah Jokowi karena dia sebagai orang baru pertama kali menjabat. Sinar bintang Prabowo tidak redup, namun kalah "iluminasi" sinar dibandingkan Jokowi. Sebaliknya, pada pelantikan Jokowi yang kedua ini, "iluminasi" sinar Jokowi tidak redup, namun harus diakui tidak sekuat "iluminasi" sinar Prabowo! Kenapa?

Prabowo merupakan rival Jokowi pada dua periode perebutan kursi presiden. Prabowo dua kali kalah Pilpres namun dia selalu mampu memenangkan dirinya di momen akhir. Momen sejarah bagi bangsa dan negara.

Prabowo tak pernah kalah oleh dirinya sendiri untuk menjadi orang yang tak pernah jera menghadiri pelantikan rivalnya menduduki kursi yang diimpikannya sejak lama. Disinilah sumber energi sensasi Prabowo yang menjadikannya bintang pelantikan Presiden Jokowi di periode kedua. 

Kemudian ketika beberapa waktu lalu Prabowo bertemu mesra bak kawan lama dengan Jokowi di stasiun/kereta MRT dan Istana Negara, perangkat sensasi dan kebintangan itu sedang Prabowo rangkai untuk acara menjadi bintang terang pada pelantikan Jokowi. Ketika dia menyatakan mendukung dan siap membantu pemerintahan Jokowi periode kedua--apapun bentuknya--disitulah kini tersemat harapan besar publik, sebuah imaginasi kolektif anak negeri yang menjadi energi iluminasi besar sinar bintang Prabowo. 

"benarkah itu Rhoma?"

"tentu Anie, percayalah padaku"

"kalau dia kau pilih jadi bintang, aku rapopo Rhoma."

"Oooh..Anie, kau membuat ku tersipu-sipu.."

---- 

peb20/10/2019

artikel sebelumnya : 

#11Tahun Kompasiana Menuju 1000 Tahun Binatang Jalang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun