Ilmu pengetahuan (sains), demikian juga seni (art) menggeliat maju dengan cepat. Karya seni bernilai tinggi lahir pada masa ini, seperti seni lukis, arsitektur dan seni pahat. Manusia lebih ekspresif dan bebas mengungkapkan rasa seninya.Â
Hal ini didukung suasana kehidupan yang tidak lagi tertekan, berlanjut pada timbulnya kebebasan berpikir, mendapatkan pendidikan membaca dan menulis, serta timbulnya kesadaran mendapatkan hidup yang lebih berkualitas.
Dari perubahan cara pandang atau berpikir itu (etos), manusia mendapatkan metode berpikir rasional, cara-cara berusaha, menemukan dan membentuk sesuatu menjadi berguna.Â
Manusia kemudian memiliki cara pandang tersendiri terhadap alam, yakni sebagai sumber daya yang bisa diolah dengan terlebih dahulu menemukan cara dan metode yang tepat.
Suasana tersebut berupa kebebasan berpikir manusia, dan penempatan diri dalam sensifitas terhadap lingkungan alam serta hubungan dan penghargaan terhadap sesama manusia.
Keterkaitan Etos dan Sains telah mengalami perubahan. Sampai abad ke 21 ini, keduanya kemudian saling mempengaruhi dalam posisi sejajar. Etos yang awalnya menjadi dasar awal pembentukan sains, kemudian berjalan sejajar dengan sains itu sendiri. Bahkan, sains kemudian justru mengubah sebagian etos manusia.
Perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang pesat membentuk kondisi kehidupan yang tak terbayangkan sebelumnya. Ilmu pengetahuan dan sains bidang transportasi, telekomunikasi, persenjataan-pertahanan, kesehatan, ekonomi, seni dan lain sebagainya yang berkembang menjadikan suasana kehidupan serba baru dan sangat berbeda dari masa sebelumnya.Â
Hal tersebut membentuk cara pandang manusia terhadap kehidupan, yakni cara pandang terhadap alam dan sesama manusia.
Ilmu pengetahuan dan sains kemudian digunakan untuk mengeksploitasi alam secara besar-besaran, demi kepentingan ekonomi dan politik kelompok (koorporasi atau negara). Dalam eksploitasi itu bahkan kelompok manusia meniadakan atau melanggar kepentingan kelompok manusia lain.