Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lelaki di Langit Pusaran Angin

12 September 2019   08:44 Diperbarui: 12 September 2019   09:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dia datang dari kutub tak bernama. kepada langit matanya tak pernah berkedip. berpenuh visi.

langit tak cuma harapan. bukan batas impian. langit adalah jejak. titian tapak kaki. sahabat olah logika. bangun karsa. labuh juang. sukacita bakti. tinta emas anak negeri pada lembar dunia. dan,  tentang kutub diri.

tahu kah kau? di tengah deru dingin. pernah angin merangsek lambungnya yang berbuku-buku. ketika saku lusuh tak satupun berhuni receh-receh. tapi matanya tak hilang kilau. penuh cahaya cita. tiada pancar benci-dendam.

kau harus tahu.
dia lah si lelaki. pecinta langit. pengolah pusaran angin jadi harum bangsa. terbang tanpa lelah.  

kini dibalik langit ia pergi. ditangisi angin. dihantar airmata anak negeri yang sedang belajar cinta si lelaki.


---


Peb12/09/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun