Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dramatisasi Politik Pasca Pilpres, Mimpi "Ejakulasi Prematur" yang Meleset

13 Mei 2019   15:59 Diperbarui: 13 Mei 2019   16:36 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber gambar : kaskus.com
sumber gambar : kaskus.com
"Baiklah Rudolfo, aku janji kita pasti akan berpelukan. Tapi sebelumnya bolehkan aku tanya satu hal yang sensitif?

"Silahkan Casandra, kalau itu membuatmu bahagia."

"Apa maksudmu dengan Kohesi sosial? Aku takut kau menipuku dengan bahasa asing yang tak kumengerti, sementara kau tau aku orangnya gengsian. Suka pura-pura mengerti"

 Kohesi Sosial merupakan suatu ikatan yang ada dalam diri masyarakat, terdiri dari kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat untuk tinggal di dalamnya, dan setiap individu aktif berperan untuk kelompok dalam suasana yang kompak. Mereka saling mendukung, saling menguatkan dan saling menjaga dalam wujud kehidupan yang rukun serta bersatu dan setia di dalam mengejar tujuan bersama. Kohesi sosial merupakan awal dan konsekuensi penting dari aksi kolektif sukses. Kohesi sosial menengahi formasi kelompok, membangun produktivitas dan menunjang pemeliharaan.

Kohesi sosial dalam masyarakat kita saat ini mengalami penurunan kualitas ketika euforia pilpres berlangsung begitu terstruktur, masif, lama dan nganu. Kita tak lagi bisa bebas menyapa kawan karena dipenuhi prasangka, baperan dan beragam kekuatiran karena perbedaan pilihan politik. salah satu penyebabnya adalah drama politik tingkat elit menyajikan jargon-jargon kebenaran dan ketidakbenaran. Keduanya bercampur menjadi satu sehingga rancu, menciptakan kebenaran kelompok untuk memandang kelompok lain sebagai bagian atau penyebab ketidakbenaran.  

Kohesi Sosial masyarakat Indonesia merupakan turunan tradisi nenek moyang kita yang adiluhung. Hal itu pernah begitu dikagumi bangsa-bangsa lain dari berbagai tempat di belahan dunia ini.  Mereka banyak belajar pada kebesaran Kohesi sosial tersebut. lalu, kenapa harus terkikis hanya karena dramatisasi politik?

sumber gambar : youtube.com
sumber gambar : youtube.com
"Rudolfo, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Casandra, aku pun sebenarnya tidak begitu tahu. Tapi aku coba memulai dari diriku sendiri."

"Apa itu Rudolfo? Katakanlah....katakanlah! Mungkin aku juga bisa melakukannya!"

"Casandra, sejak pesta pilpres usai, aku tidak lagi mengikuti segala dramatisasi lanjutan kaum elit. Aku memilih membaca yang seger-seger, yang kinclong-kinclong."

"Rudolfo! Itu berarti kau tidak up to date! Kau bodoh sekali, Rudolfo! Berarti kau tak tahu adanya berita setan gundul yang lagi ngetren?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun