Demikian juga tampilnya organisasi massa Islam radikal dan konservatif di belakang kubu Prabowo menjadi penanda keberhasilan Prabowo menjaga amunisi politiknya.
Potensi Konflik Sosial dan Budaya
Persoalan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa Indonesia  (perpecahan negara dan bangsa)  akibat strategi politik identitas keislaman tersebut tentu sudah diantisipasi. Dengan latarbelakang karier militernya, Prabowo punya cara khusus menanganinya bila kelak berhasil meraih. kursi RI-1.
Dukungan besar dari berbagai kelompok mengatasnamakan Islam menjadikan politik identitas keislaman saat ini begitu hidup "mengobok-obok" keyakinan, emosi, kewarasan atau  logika politik-sosial-budaya sebagian masyarakat Indonesia yang multi kultural dan religi.
Tindakan Represif Demi Negara?
Namun demikian, dibalik strategi politik keislaman Prabowo itu--disadari atau tidak--bisa menjadi bumerang bila kelak Prabowo berkuasa. Pemanfaatan politik keislaman secara militan ibarat memelihara ular berbisa di dalam rumah secara bebas.
Indonesia merupakan negara multikulural sejak dahulu. Munculnya sentimen keislaman dalam relasi sosial dan budaya mulai menguat di pilpres 2019 ini yang didominasi pendukung Prabowo. Keislaman itu kini perlahan menggerus relasi sosial dan budaya masyarakat.
![sumber gambar ;wow.tribunnews.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/03/05/images-5c7d7868c112fe603c787a07.jpg?t=o&v=555)
Bila Prabowo menang, maka ruang gerak  massa Islam akan lebih leluasa berkiprah demi agama dan kehidupan akherat, namun disisi lain mengerus secara terus menerus keunikan ruang sosial dan budaya Indonesia untuk digantikan dengan model relasi sosial budaya keislaman.Â
Mereka merasa berhak melakukanya karena punya jasa mendudukkan Prabowo di kursi kepresidenan.
Bumerang Politik, Ular Makan Tuannya
Bukan tidak mungkin kelak, ketika ruang sosial dan budaya itu semakin besar dikuasai gaya masa keislaman, maka giliran berikutnya adalah menggerus kursi kepresiden Prabowo. Terlebih, secara latarbelakang, keluarga besar Prabowo bukanlah muslim. Akar religi keislaman Prabowo tidak kuat untuk meraih simpati publik Islam.
Dalam rentang waktu penggerusan tersebut, kejatuhan pemerintahan Prabowo hanya menunggu waktu saja. Jatuh atau tidaknya tergantung siapa cepat bertindak, Â Prabowo atau masa keislaman tadi.
Kalau Prabowo lebih cepat, maka tidak ada pilihan baginya selain melakukan tindakan tegas, otoriter, represif, yang kalau perlu diluar koridor HAM-- dengan argumentasi demi menyelamatkan bangsa dan negara (NKRI).