Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Beredar Perbandingan Menyesatkan Soal Panjang Jalan Desa yang Dibangun Jokowi

19 Februari 2019   12:21 Diperbarui: 21 Februari 2019   01:53 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: akun twitter @dahnilanzar

Kini beredar perbandingan hitungan yang menyesatkan terkait panjang jalan desa yang telah dibangun Jokowi. Entah karena mau bikin lucu-lucuan, bermaksud menyebar kesesatan berpikir ke ruang publik, atau memfitnah Jokowi, yang jelas hal ini berpotensi merugikan pemerintahan Jokowi.

Pembuatnya sebaran menyesatkan itu adalah Dr. Dahnil Anzar Simanjuntak, S.E., M.E. yang saat ini sebagai Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) kubu capres Prabowo/Sandi. Dahnil Anzar juga adalah mantan Dosen tetap sebuah PTN di Banten. Kalau dilihat, dia memiliki gelar Doktor, sebuah level pendidikan tertinggi dalam dunia akademis.

Awalnya, dalam Debat Capres Kedua pada hari Minggu tanggal 17/02/2019, Jokowi mengatakan telah membangun 191 ribu km jalan di desa.  Usai debat tersebut, Dahnil membuat status "cuitan" di twitter yang mendapat banyak tanggapan para netizen, bahkan dimuat di beberapa media mainstream. Adapapun isi cuitan twitternya adalah sebagai berikut :

"Jokowi klaim membangun jalan desa 191.000 km. Ini sama dengan 4,8 kali keliling bumi atau 15 kali diameter bumi.  Itu membangunnya kapan? Pakai ilmu simsalabim apa? Ternyata produsen kebohongan sesungguhnya terungkap pada debat malam tadi".

Dari pernyataan Dahnil itu ada dua hal yang bisa diinterpretasikan.

Pertama, dia membandingkan panjang jalan desa yang sudah dibangun pemerintahan Jokowi dengan keliling bumi (40.070km)  atau diameter bumi (12.756km).  Dengan perbandingan panjang  bumi secara permukaan itu dia ingin mengajak publik pembacanya dan meragukan (tidak mempercayai) jumlah panjang jalan desa yang telah dikerjakan pemerintahan Jokowi. Keraguan itu dipertegas dengan dua pernyataan bertanda tanya "membangunnya kapan?" dan "pakai ilmu simsalabim apa?"

Dengan menggunakan variabel "Bumi" sebagai perbandingan, publik akan membayangkan sesuatu yang maha panjang, sesuatu yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan membutuhkan banyak waktu pengerjaan oleh manusia (orang Indonesia). Seolah-olah tidak mungkin melakukan suatu pekerjaan pembuatan jalan desa yang melebihi panjang keliling bumi.

Kesesatan cara berpikir Dahnil ini meniadakan fakta bahwa jalan desa yang dibangun Jokowi itu berada pada "isi bumi" yakni pada bidang luasan permukaan daratan bumi wilayah Indonesia. Perlu diketahui, bahwa luas permukaan wilayah daratan Indonesia adalah 2,01 juta km2 dari luas total wilayah Indonesia 7,81 juta km2.

Artinya, secara pemikiran umum,  jalan desa itu dibangun di dalam bidang daratan seluas 2,01 juta km2. Bukan pada keliling bidang daratan, dan bukan pada diameter daratan secara garis lurus. Panjang jalan itu bisa saja berkelok-kelok mengisi bidang daratan Indonesia.

Dengan panjang jalan 191 ribu km, dan dengan asumsi lebar lebar jalan desa adalah 4 meter, maka jalan desa itu membutuhkan bidang seluas 764 ribu m2 atau  764 km2 Jumlah luas jalan itu hanya sekitar 0,038% dari jumlah luas bidang daratan wilayah Indonesia. Masih banyak sisa ruang di dalam bidang daratan tersebut. Kalau jalan desa mau dibangun lagi masih sangat memungkinkan!

Sebagai analogi, ada sebuah piring mie berdiameter 50 cm, maka dapat diketahui panjang kelilingnya piring  50cm x phi atau 50 cm x 3,14 = 157 cm, atau 1,57 m. Sedangkan luas piring adalah  3,14 x 25x25 cm = 1962,5 cm2.

Kita tinggal membayangkan saja panjang mie goreng yang bisa dimuat pada bidang piring berdiamerter 50cm dengan kelilingnya 1,57. Dengan asumsi lebar mie pada umumnya (bayangkan benang pancing 2 mm), sisa saja piring itu memuat mie sepanjang lebih dari 2 meter, bukan?

"Aahh, kalo segitu panjang mie nya aku nggak kenyang, dong aah !"

"Don wori beibeh, bisa ditambah lagi jadi 3 meter. Piring masih muat kok."

"Oukeh siiip, celeguk!" heu heu heu...

Kedua, pernyataan "Ternyata produsen kebohongan sesungguhnya terungkap pada debat malam tadi" sangat tendensius yang ditujukan kepada Jokowi. Dengan perhitungannya (perbandingan) memakai variabel "bumi", Dahnil ingin membangun opini bahwa Jokowi telah membuat kebohongan, karena jumlah panjang jalan desa itu tidak mungkin terbangun sesuai yang Jokowi ungkapkan.

Bila kita melihat dengan konteks luas bidang wilayah Indonesia seperti di atas, tentu saja  apa yang telah Jokowi kerjakan sangat mungkin! Tinggal anda memikirkannya, siapa sebenarnya yang ingin mencoba membuat sesat fikir dan kebohongan di ruang publik?

Satu hal yang yang Dahnil lupa. Manusia umumnya memiliki panjang usus 8 meter, dan itu letaknya di dalam perut saja. Dengan asumsi seseorang memiliki tinggi 170 cm dan keliling perut 1,5m, maka dia bisa makan mie sepanjang 8 meter. Sebuah panjang yang melebih tinggi badan dan lebar perutnya.

Tinggi badanku 172 cm. Kalau ditraktir makan mie segitu sih aku rapopo....
-----
peb02/2019

catatan ; Semoga tulisan ini bisa menjadi alternatif pemikiran yang benar soal perbandingan panjang jalan desa terkait.
Referensi berita : satu, dua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun