Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi yang Dipatil Udang, Prabowo yang Demam

2 Februari 2019   10:37 Diperbarui: 2 Februari 2019   11:36 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : kompas.com

Dipatil udang atau ikan bisa bikin demam. Kalau tidak percaya, anda boleh coba. Ada beberapa jenis udang dan ikan yang  patilnya bisa bikin demam. Udang galah, ikan patin, ikan lele, ikan baung punya patil yang kalau menyengat tubuh manusia tidak cepat ditangani bisa bikin demam.

Terkait dipatil dan demam, entah kebetulan atau tidak, ada dua kejadian yang berdekatan. Jokowi dipatil udang di tambak udang Muara Gembong, Bekasi. Sementara di tempat lain, Prabowo terserang demam di Hambalang, Bogor.

Ketika dipatil udang, tangan Jokowi sampai berdarah. Setelah dibereskan ajudannya, Jokowi dapat melanjutkan kegiatannya yang padat.

Di Hambalang, Prabowo demam. Terbayang, badannya pasti meriang, gemetar dan agak lemas. Akibatnya, sejumlah kegiatannya yang padat jadi tertunda.

Apakah ada hubungan antara Jokowi dipatil dan Prabowo demam? Mengapa Jokowi yang dipatil udang, Prabowo yang demam? Apakah Jokowi dipatil udang menyebabkan Prabowo demam? Apakah Prabowo demam karena Jokowi dipatil udang? Apakah Jokowi dan Prabowo udah janjian, siapa yang dipatil, dan siapa yang mesti demam? Naah!

Menurut "kata orang-orang", kalau dua orang saling memiliki hubungan dekat, bila satu pihak mengalami sesuatu, maka pihak lain lain akan turut merasakannya atau memberikan tanda-tanda tertentu walau keduanya dipisahkan jarak yang cukup jauh. Kata nenek dan dipercaya  orang sekampung, hal itu pertanda keduanya lagi kangen.

sumber gambar ; kompas.com
sumber gambar ; kompas.com
Bila melihat jarak antara Muara Gembong Bekasi dan Hambalang Kabupaten Bogor tidak lah jauh. Sama-sama berada di satu propinsi, yakni Jawa Barat. Ditanggung, kedua tempat itu sinyal hp lancar dan saling terkoneksi.

Lalu pertanyaannya, apakah antara Jokowi dan Prabowo sedang dilanda saling kangen?
 
Dalam teori dasar ilmu "kangenologi" mensyaratkan kedekatan hubungan. Bukan sekedar kenal. Bukan sekedar tahu. Tapi lebih dari itu, yakni adanya interaksi yang tinggi, saling pengertian dan pemahaman antar keduanya.  

Menilik waktu ke belakang soal kedekatan hubungan Jokowi dengan Prabowo jelas ada. Mereka sudah berteman sejak dulu. Kalau resminya sejak Pilgub DKI 2012, saat Gerindra dan PDIP mengusung Jokowi/Ahok.

Saat kampanye, Prabowo turun langsung untuk memenangkan Jokowi/Ahok. Dan kedua pasangan itu menang! Jokowi senang, Prabowo pun girang--bukan meriang.

Kini mereka tetap berteman, tapi berbeda kubu. Mereka berteman dalam persaingan politik sejak Pilpres2014 hingga sekarang 2019.

Kalau dalam Pilpres 2014 kedua teman ini statusnya sama, yakni sama-sama newbe memperebutkan kursi RI-I  usai habis masa jabatan Presiden SBY. Sementara pada Pilpres 2019 "kasta politik" Jokowi lebih tinggi. Posisinya sebagai petahana, sedangkan Prabowo penantang yang mencoba merebut kursi Jokowi.

Dunia politik itu aneh tapi nyata. Teman tak selamanya satu kubu. Berbeda kubu tak selamanya jadi musuh.

Dalam pilpres, Prabowo dan Jokowi yang tadinya "berteman", kemudian menjadi "tidak berteman". Keduanya berbeda kubu politik. Malah terjadi persaingan menjadi sengit antar kubu Jokowi dan kubu Prabowo di ruang publik demokrasi negeri ini.

Secara historis, Prabowo berjasa memberi Jokowi ke panggung politik nasional. Prabowo adalah salah satu  King Maker politik Jokowi di pentas nasional.  Tapi, ketika Prabowo kebelet pengen jadi Presiden, malah tersalib Jokowi. Lalu, apakah kemudian secara pribadi mereka berdua tidak berteman? Mereka tetap berteman, sejak pilgub DKI 2012, Pilpres 2014 sampai Pilpres 2019 dan seterusnya.

Jadi kalau dihitung, keduanya sudah berteman dekat selama tujuh tahun. Dimana ada berita Jokowi, disitu ada berita Prabowo. Media dan publik seperti tak ingin memisahkan kedua tokoh ini. Media dan publik lah yang terus menerus merawat kedekatan Jokowi dan Prabowo.

Karena mereka sudah lama dekat dan mungkin terjadi saling kangen, apakah ketika Jokowi dipatil udang menjadi petanda kangen dengan Prabowo? Kalau dilihat kronologisnya, Prabowo lebih dulu demam kemudian Jokowi dipatil udang. Apakah itu pertanda Prabowo kangen Jokowi?

Kangen seperti apa mereka? Apakah kangen masa-masa dekat saat Pilgub DKI 2012? Lalu, apakah sekarang tidak dekat?

Justru sekarang mereka dekat, karena sama-sama jadi capres untuk Pilpres 2019. Sama-sama sering tampil di muka publik. Dan tentu saja bertemu dalam sejumlah kesempatan resmi dan tidak resmi.

Namun tampaknya, apa yang dikatakan nenek kali ini soal kangen tidak bisa dijadikan pegangan sepenuhnya. Karena pembuktiannya sulit. Oleh orang jaman now, perkataan nenek seringkali dianggap "cocokologi". Dua peristiwa terjadi terlebih dahulu, kemudian dihubung-hubungkan sehingga tampak rasional. Istilah kerennya merasionalkan fenomena.

Namun bila melihat dasar ilmu pengetahuan modern, teori muncul setelah ada pengalaman empiris, baik itu pengalaman tak terencana namun berulang, maupun berupa ujicoba berkali-kali di laboratorium. Maka didapatkanlah simpulan teori.

Nah, dari sisi mana kita ingin mengetahui relasi "kangen" antara Jokowi dan Prabowo? Apakah Jokowi "harus" dipatil udang berkali-kali dan Prabowo pun demam berkali-kali? Jangan!

Bagaimanapun, kita berharap cukup sekali Jokowi dipatil udang. Dan cukup sekali pula Prabowo demam.

Soal saling kangen atau tidak antara Jokowi dan Prabowo, biarlah mereka yang merasakannya secara privat.

Lha, untuk apa tulisan ini dibuat pakai bawa-bawa "kangenologi"? Apakah mau mengobok-obok dua peristiwa Jokowi dan Prabowo untuk tujuan politik?

Saya ingin dari paparan itu, saya dan pembaca jadi berpikir sehingga tidak ada dusta antara kita. Apa itu?

Kita, walau berbeda pilihan politik, tetap dalam satu pikiran yang sama, yaitu mengharapkan kedua tokoh itu selalu sehat dan bisa melanjutkan karyanya. Kalau mereka selalu sehat, aku rapopo...

---
 peb02/02/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun