Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sajian (Live) Debat Capres Sangat Tidak Menarik

18 Januari 2019   05:27 Diperbarui: 18 Januari 2019   08:05 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berjabat tangan seusai debat perdana capres-cawapres Pilpres 2019 pada Kamis (17/1/2019)| Sumber: Kompas/Heru Sri Kumoro

Debat calon presiden 2019 tahap pertama sudah selesai. Semua calon presiden beserta tim kembali ke markas masing-masing. Mereka mengevalusi apa yang sudah dijalani di depan publik untuk dijadikan masukan pada penampilan debat berikutnya. Rekaman diputar ulang untuk melihat kekurangan dan kelebihan "performance" sang capres/cawapres.

Di tempat lain, di dunia maya, khususnya di media sosial, para pendukung masing-masing kubu capres/cawapres semakin meningkatkan intensitas perang yang sudah berlangsung laman jauh hari sebelum debat capres diadakan.

Usai debat capres, dan bahkan saat debat baru dimulai beberapa menit, para pendukung tersebut mulai saling serang. Kejadiannya begitu cepat. Pernyataan salah satu capres/cawapres dua menit yang lalu, sudah ada di medsos berupa "status" tanggapan atau alat serangan para pendukung. Tak hanya berupa tulisan, melainkan juga gambar meme.

Saat menonton siaran (live) debat calon presiden di televisi, saya sambil membuka twitter, FB, grup WA lewat BlackBerry Q5-si Jadoel yang setia- untuk saya mengamati berbagai "pergerakan" unik para netizen di media sosial. 

Mata saya tidak fokus sepenuhnya ke layar televisi karena harus berbagi jatah kebutuhan rohani dengan medsos. Sepanjang acara debat, saya senyum-senyum sendiri. Terkadang ngakak membaca berbagai "lontaran peluru" maya netizen terkait berbagai momen di debat capres yang sedang berlangsung. Untunglah saat saya ngakak sendiri, tidak ada petugas dinas sosial. Dikhawatirkan bisa saja saya diseret ke RSJ atau panti rehabilitasi untuk penyembuhan. Heu heu heu...

Bagi para netizen pendukung masing-masing kubu, debat capres itu bagai mendapatkan banyak amunisi tambahan untuk menghajar lawan. Berbagai jurus dikeluarkan. Mulai dari yang logis, tigaperempat logis, setengah logis, seperempat logis, nol logis, sampai yang minus logis alias tidak logis.

Jadilah perang dunia maya yang seru, penuh warna, sensasional, dan tentu saja menghibur--bila kita melihatnya dengan kacamata santai. Tapi bila terlalu serius, maka perang maya itu bikin pusing palak, beibeh...Hahaha!

sumber gambar : https://cdn.timesmedia.co.id/images/2019/01/17/Debat-pilpres-2019-AB.jpg
sumber gambar : https://cdn.timesmedia.co.id/images/2019/01/17/Debat-pilpres-2019-AB.jpg
Saya menikmati segala suguhan perang di dunia maya itu dengan kacamata hiburan. Tentu saja, urat-urat geli saya tertawa dan menggelinjang saat saya membaca dan menyimak segala peluru komentar para netizen. Walau tak sedikit yang bernada serius.

Saya membayangkan dan salut pada cara berpikir mereka yang luar biasa kreatif (out of the box) dalam menciptakan gambar meme dan diksi-diksi politis berdasarkan jalannya debat capres. Dengan jeli mereka mengambil sudut unik untuk di-explore kemudian dijadikan "peluru" perang maya, atau untuk membangun "benteng" pertahanan.

Inilah bedanya dunia maya dan dunia nyata. Separuh bahan baku dunia maya berasal dari samudra luas imaginasi dan lebatnya hutan kreatvitas. Orang boleh saja mengatakan siaran (live) Debat Capres itu tidak menarik karena sajiannya kaku, formil, dan terformat baku, serta orang-orang dan materinya "itu-itu saja".

Namun begitu, ketika segala hal di Debat Capres itu secara waktu paralel berada di dunia maya, maka semua hal yang tidak menarik itu berubah sebaliknya secara total! 

Di sana, Debat Capres mendapatkan nyawanya. Mendapatkan habitat kehidupannya yang jauh lebih dinamis, semarak, sensasional dan dramatis.

Sorotan kamera televisi dan mata penonton siaran (live) bisa saja melewatkan berbagai hal yang sudah tertayang misalnya peristiwa Prabowo joget kemudian Sandi memijit bahu Prabowo saat masih di panggung debat.

Atau, saat Jokowi melipat lengan bajunya padahal acara belum selesai. Belum ditutup moderator. Atau, ketika peristiwa Ira Koesno "dengan galaknya" menghentikan Jokowi yang "ngerocos" bicara saat jatah waktunya sudah habis.

Saat setiap satuan waktu digital kamera menjalankan tayangannya, ada banyak gerak obyek yang "lepas" dari pengamatan penonton"Live" begitu waktu berjalan atau sorot kamera berpindah obyek.

Tapi di dunia maya, tak satupun bisa lolos. Lebih dari itu, bumbu interpretasi berdasarkan imaginasi mampu membuat semua gerak obyek itu menjadi sajian yang jelas dan penuh variasi pemaknaan. 

Satu contoh: peristiwa Ira Koesno dengan galak mengingatkan Jokowi telah menjadi sebuah bahan baku yng menghasilkan banyak varian menu sajian.

Banyak varian peluru dihasilkan oleh kubu pendukung Prabowo/Sandi untuk menyerang pendukung Jokowi/Ma'ruf Amin. Begitu juga sebaliknya pada peristiwa Prabowo "mendadak berjoget" dan Sandi "jadi tukang pijet".

Dari peristiwa faktual diolah dengan imaginasi, kreativitas, keberanian sehingga menghasilkan beragam komodifikasi sajian menarik di dunia maya. Di sana Debat Capres menjadi entitas kehidupan tersendiri yang bisa lepas dari faktualitasnya di panggung dunia nyata.

Walaupun banyak tersedia saluran rekaman debat capres di beragam media, namun tak mampu menghadirkan kehidupan "(live) Debat Capres" secara lebih berkembang ke luar batas ruang faktualitasnya.

Berbeda jauh dengan di dunia maya. Jangankan rekaman. Yang tidak ada dalam rekaman/tayangan pun bisa diciptakan dan seolah menjadi bagian dari peristiwa Debat Capres! Heu heu heu...

Beruntunglah paslon 01 dan 02 telah menjadi capres/cawapres di era sekarang. Sosok mereka bisa hidup di dua dunia yang berbeda. Mereka selalu hidup dan semakin hidup ketika berada di dalam dinamika dunia maya.

Oleh karena adanya stok berjuta "nyawa dunia maya" , maka acara (live) Debat Capres terlihat sangat tidak menarik--tapi tidak akan pernah mati di dalam imajinasi, keberanian dan kreativitas para netizen. Semua itu bagiku ya rapopo...

---

Peb18/01/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun