Dengan situasi Prabowo yang sentral dan giatnya investasi politik Sandiaga Uno, Demokrat sulit tampil sebagai "leader" Â di kubu Koalisi Adil Makmur. Demokrat juga sulit untuk sepenuhnya melakukan investasi politik bagi AHY di Koalisi Adil Makmur. Tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Dalam masa kampanye ini, Demokrat sedang mengerjakannya.
Situasi sentralnya Prabowo/Sandi  membuat SBY dengan gerbong Demokrat yang sarat amunisi tampak setengah hati di Koalisi Adil Makmur.  Di dalam kampanye tidak tampak sentuhan SBY dan Demokrat yang umumnya lembut, penuh perhitungan dan dukungan data, berani adu gagasan secara elegan.Â
Apalagi mereka berpengalaman 10 tahun dalam pemerintahan. Tentu sudah tahu banyak data dan aturan main--yang kalaupun menyerang petahana tidak berbalik menjatuhkan citra sendiri.
Demokrat dan SBY sangat menjaga citra. Walau di sejumlah postingan medsos SBY dianggap "lebay". Namun itu sifatnya relatif dalam keriuhan politik di ranah awam. Â
Ibarat sepakbola, SBY dan Demokrat merupakan tim solid yang sarat pemain berpengalaman. Mereka mahir memainkan ball possession dan zona marking. Ritme dimainkan tidak cepat tapi pasti. Ketika mereka melakukan serangan, posisi pertahanan tidak kosong. Relatif sulit ditembus serangan balik lawan.
Beda dengan gaya kubu Prabowo/Sandi (Gerindra) yang walau memilik pemain pintar, namun seringkali blunder. Hal ini terlihat jauh hari sebelum terbentuknya koalisi, atau saat mereka menjadi oposisi pemerintahan Jokowi/JK.
Permainan mereka frontal. Tanpa ball possession yang apik. Â Zona marking yang lemah. Koordinasi antar lini tidak solid. Ritme cenderung cepat. Maunya langsung ke mulut gawang, namun terburu-buru dan ceroboh dalam operasional.Â
Ketika asyik melakukan serangan, lini pertahanan banyak yang bolong sehingga seringkali mendapatkan serangan balik yang fatal dari kubu Jokowi/Ma'riuf Amin, maupun serangan balasan publik penonton yang gerah pada performance tim yang ceroboh.
Mereka tampil seolah-olah menguasai persoalan rakyat-masyarakat-negara-bangsa, namun nyatanya tidak--ketika sejumlah data dipaparkan publik, elemen masyarakat, kubu Jokowi dan sebagainya. Jadilah blunder dan bumerang bagi mereka. Â Ini konsekuensi politis yang harus mereka dapatkan.