Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Murka Prabowo pada Media, Narasi Negatif dan Kisah Pemanjat Rambutan

11 Desember 2018   04:50 Diperbarui: 11 Desember 2018   09:40 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : tribunnews.com

Posisi politik terlebih dengan "jabatan" calon presiden, "mengharuskan" seorang tokoh politik bermain narasi dengan cantik, agar mampu diterima banyak orang. Narasi itu, sejatinya tetap dalam konteks di entitas politik. Sementara di luar entitas politik adalah anak bangsa atau elemen bangsa.

Mereka itu bagai anak sendiri---yang bila nakal tidak boleh dibuang atau dijauhi atau dihukum didepan orang banyak. Mereka ini berada di level bawah tapi bukan bawahan yang terikat oleh kultur kantor. 

Mereka adalah tetangga satu lingkungan permukiman, tapi mereka bukan musuh akan penjajah yang harus dibenci beramai-ramai. Karena semua itu--anak bangsa atau elemen bangsa---akan menjadi bagian dari kehidupan seorang presiden kelak bila si capres jadi presiden.

Ketika Prabowo membangun narasi "mengajak publik untuk tidak menghormati, menjauhi, mencap pembohong" kaum media atau pers arus utama maka narasi itu merupakan narasi negatif dari seorang calon pemimpin bangsa, calon bapak terhadap anak bangsa, dan calon pembina elemen bangsa.

Dengan narasi negatif itu, kekayaan kompleksitas diri yang dimiliki  Prabowo menjadi tidak ada artinya. Dia tak lebih orang biasa dengan setting diri yang tak punya kemampuan membangun narasi yang baik di ruang publik. Kompleksitas diri Prabowo--yang relatif sempurna--tak menjadikan dirinya mampu berhadapan secara elegan terhadap "persoalan" dari satu anak bangsa atau elemen bangsa.

Padahal persoalan bangsa ini begitu banyak dan kompleks yang melibatkan anak bangsa atau elemen bangsa. Sikap menjauhi kaum pers atau media arus utama yang notabene adalah elemen bangsa bisa menjadi preseden ketidakmampuan Prabowo berhadapan dengan kompleksnya persoalan bangsa. 

Sekarang aku jadi pengen manjat pohon rambutan, tapi sebelumnya bawa tangga, dong... Kalau ada teman diam-diam mengambil tangga itu dan menyembunyikannya saat aku asyik memetik rambutan, aku sih rapopo....

----  

Baca artikel sebelumnya : Reuni 212 dan Memusuhi Pers, Simpang Kritis Kepemimpinan Prabowo

Peb11/12/2018

Sumber referensi : satu, dua, tiga, empat, lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun