Misalnya, untuk mengadakan rapat mendadak yang sangat penting, tidak bisa dilakukan secara cepat. Edy di Medan ke Jakarta butuh waktu yang tak sedikit, belum lagi kelelahan selama penerbangan dan terkena macet. Belum lagi biaya perjalananan (SPPD) yang dibebankan pada organisasi, dan hal-hal non teknis lainnya.
Kalau ketua PSSI yang "orang Jakarta" bisa cepat berkoordinasi dengan pengurus lainnya sepulang jam kantornya di Jakarta. Kalau perlu rapat saat itu dilakukan sampai larut malam hari untuk mendapatkan keputusan cepat, sehingga esok harinya sudah bisa dilakukan langkah-langkah kongkrit. Jadi, rapat atau koodinasi pengurus bisa dilakukan kapan pun usai jam kantor.
Belum lagi persoalan waktu untuk berkunjung ke pemusatan latihan timnas secara santai, setiap waktu luang. Bagaimanapun, para pemain yang sedang mengadakan latihan butuh kunjungan sang Bapak Ketua untuk menambah semangat berjuang, membangun rasa kebersamaan dan rasa diperhatikan sang Bapak.
Apakah sistem teknologi komunikasi sekarang tidak bisa diterapkan, misalnya telleconference, atau sejenisnya? Bisa saja dilakukan. Namun suasana kebatinan antara pengurus yang rapat tentu akan berbeda bila dilakukan pertemuan langsung.
Dalam rapat, khususnya organisasi olahraga, bukan cuma soal menggodok dan berbagi ide antara pengurus teras dengan pak ketua , melainkan berbagi emosi dan spirit yang intensif dan sesering mungkin. Dari bersatunya spirit itu, tentu akan mempengaruhi cara kerja atau out put rapat di lapangan. Kultur Indonesia dengan sistem mufakat dan kekeluargaan sangat mengutamakan interaksi langsung semua anggota musyawarah.
Semoga saja soal ini bisa ada pemecahannya, demi kemajuan PSSI dan Timnas. Kalau PSSI baik, Timnas pun baik. Kalau wartawan baik, Timnas pun baik. Kalau coach itu pelatih, aku ya rapopo....
----
Peb28/11/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H