Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenyang Kata-kata

27 November 2018   02:57 Diperbarui: 27 November 2018   10:46 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com

Tadi aku bicara dengan awan saat di atas pohon kelapa. Hari itu, ayah menyuruhku memetik kelapa muda di kebun. Kata ayah, mulai hari ini menu makanan keluarga akan diubah.

Awan bertanya tentang kampung kami banyak orang lalu-lalang di jalanan. Bergerombol. Berteriak. Tangan ke atas mengarah langit. Ucapan tak jelas. Waktu terbuang. Sementara tungku api di dapur mereka tak pernah menyala.

Aku sebenarnya tak terlalu mengerti. Yang pasti kusampaikan, kini orang kampung tak lagi makan nasi. Mereka bisa kenyang dari kata-kata yang singgah di telinga, dan yang mereka temukan sepotong-sepotong di smartphone mereka.

Mendengar hal itu, awan pun berjanji. Tidak akan menurunkan hujan ke sawah di kampung kami. Dia akan pindahkan musim ke kampung tetangga yang sudah belajar banyak, dan mereka tak suka makan kata-kata.

----

Peb27/11/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun