Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membohongi Tidur

24 November 2018   05:22 Diperbarui: 24 November 2018   16:31 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kantuk itu gelombang pasukan primitif. Bersembunyi di balik kelopak. Sarat beban. Menunggangi mata. 

Kantuk penghamba setia kerajaan tidur, sebuah negeri tanpa batas. Tanpa nilai. Di dalamnya, kau bisa jadi hamba siapa pun. Kau bisa dapatkan apapun. Kau bisa bertata cara apapun, untuk jadi pemenang atau pecundang.

Malam itu ia datang. Tiba-tiba  menguasai ruangan. Panji-panjinya sangat kuat. 

Harusnya ada kegembiraan. Tak ada kebingungan di pencarian posisi terbaik menuju kesenangan. Tapi saat itu aku tak menginginkannya. 

Ada gelombang lain. Berharap dibawa ke garis tuntas. Di situ, aku jadi ksatria. Pahlawan penuh kenang. 

Tapi ada terselip rasa takut. Kantuk bertindak lain. Yang tak pernah diharapkan. 

Kuputuskan turuti dahulu. Agar dia merasa dihargai. Tapi diam-diam, aku bersiasat.

Tirai kelopak mata kututup. Semua lampu kumatikan. Nafas kuatur. Tetap berdenyut. Satu nada. 

Tapi tidur tak pernah tahu. Gelombang di otakku bermain ombak angka dan kalimat. Berderu. Tak henti. Saling goda. Bercumbu rasa. Menantang karsa. Kelak berlabuh cipta pada laptop terbuka. Di samping hampar rebahku.

Dalam hati,  aku tertawa. Tak sulit membohongi tidur. Dia tak lebih sosok raja yang primitif!

---
Peb24/11/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun