Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tagar #KosongkanGBK, Paradoks Cinta Sebagian Pendukung Timnas Indonesia

23 November 2018   17:50 Diperbarui: 25 November 2018   11:45 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; tribunnews.com

Mungkin ini bagian dari adigium "Cinta Itu Buta". Kalau sudah buta, tak bisa melihat secara nyata. Ketika berjalan ; "bisa salah sasaran tapi niatnya benar". Bisa juga "niatnya salah, tapi sasarannya benar".

Entahlah. Intuisi jadi pegangan utama. Dan itu umumnya mengikuti emosi (kemarahan) yang sedang bergolak.

Ketika Timnas Indonesia "berhasil tidak lolos" fase penyisihan Grup B turnamen AFF Cup 2018, sebagian pendukung Timnas Indonesia mengeluarkan tagar #KosongkanGBK. Ini kali kedua dilakukan pada saat turnamen yang sedang berjalan. 

Pertama, saat Timnas Indonesia kalah dalam laga pertama melawan Singapura. Mereka kecewa, kemudian mengeluarkan  tagar #KosongkanGBK untuk laga kedua lawan Timor Leste.

Kedua, ketika secara resmi Timnas Indonesia "berhasil gagal ke semifinal" usai Filipina menahan imbang Thailand, sementara saat itu Timnas Indonesia masih menyisakan satu pertandingan yang tak lagi berpengaruh pada peluang untuk lolos babak semifinal. 

Akibat tagar itu, pihak Kemenpora sampai harus "turun tangan", yakni menghimbau masyarakat untuk "tetap" beramai-ramai datang ke GBK menyaksikan pertandingan Indonesia vs Filipina. Bukankah selama ini, setiap Timnas berlaga, stadion GBK selalu dipenuhi pendukung timnas?

Walau kini tak lagi punya peluang, namun laga melawan Filipina nanti tetap penting bagi "harga diri" bangsa Indonesia. Gagal masuk semifinal boleh saja, tapi ketika peluang memenangkan sebuah laga masih ada, maka haruslah terus diperjuangkan. Dan perjuangan itu perlu dukungan nyata dari penonton. Jangan sampai para pemain "berjuang sendirian", untuk kemudian dihujat.

Sila baca ; Suporter Indonesia Sudah Kembali Waras, Dukungan pada Timnas Indonesia Masuk Trending Topik

Kemenangan di dalam "suasana kegagalan" bisa menjadi penghiburan. Bisa juga menjadi pembuktian bahwa tidak semua kemenangan harus berakhir dengan masuknya timnas ke tahap lebih bergengsi. 

Namun demikian perlu diingat bahwa sebuah kemenangan tetaplah suatu keberhasilan!

Jadi, kemenangan dalam sebuah kegagalan turnamen tidak menghilangkan arti sebuah keberhasilan. Menang adalah berhasil. Titik.

Pun seandainya Timnas Indonesia tak pernah kalah selama turnamen, alias menang terus, tapi tetap tidak bisa lolos karena kalah selisih gol dengan tim lain, maka tetaplah Timnas sudah berhasil menyelesaikan setiap laganya dengan baik. Hanya saja, "sebuah sistem poin" tidak berpihak kepada nasib Timnas Indonesia. Apa mau dikata?

sumber gambar ; pantau.com
sumber gambar ; pantau.com
Tagar #KosongkanGBK oleh sebagian pendukung Timnas Indonesia merupakan sikap paradoks yang "menjaga cintanya pada timnas dengan cara membunuh cinta itu sendiri." 

Cara mewujudkan cinta secara paradoks tersebut tak lebih menampilkan sebuah sikap yang kontradiktif, yakni bertolak belakang antara"kelakuan yang nyata dengan perasaan yang tersimpan di dalam hati". Kalau tidak hati-hati bisa mengarah pada sikap munafik.

Membuat hal kontradiktif, ibarat hukum fisika dasar tentang "gaya", yang hanya menghasilkan resultante nol (hasil nol). Haruskah upaya mewujudkan cinta pada Timnas itu dilakukan dengan hasil nol? Kalau begitu, bukan cinta dong namanya. Lalu, apa untungnya? 

Tidak ada untungnya. Itu hanya "tak lebih sebuah bentuk emosional "tidak bijaksana"--yang tak mendukung rasa cinta itu sendiri. Kalau memang cinta kenapa tidak diperjuangkan terus menerus untuk menang walaupun sudah dinyatakan gagal dalam "sistem poin"? 

Ingat, tujuan dasar pertandingan adalah memenangkan laga. Dan kesempatan itu kini tetap ada saat melawan Filipina di Stadion GBK. Jadi, menangkan pertandingan lawan Filipina, dan dukung Timnas saat bermain! 

Soal tidak lolos dari "sistem point" turnamen, itu bukan esensi dasar pertandingan. Itu hanya sistem memeringkat. Dan pada sisi itu, kita memang harus realistis bahwa sistem pemeringkatan tak berpihak pada Timnas kita.

Sikap paradoks #KosongkanGBK merupakan tindakan sia-sia terhadap keberadaan cinta Timnas yang berpotensi menciptakan sikap "munafik" karena tidak menjamin bahwa para pendukung Timnas tersebut tidak nonton siaran live televisi, atau mereka mengintip di laman berita. Jadi lucu, kan? Hayooo, kamu ketahuan!

"Kalau cinta kok gitu sih?" Nah, lebih baik tetap datang ke GBK dan berikan dukungan kepada Timnas Indonesia. Kalau enggak bisa datang, nontonlah di televisi dengan spirit yang sama dengan mereka yang berada di GBK. 

Aku sungguh rapopo...

--- 

Salam Sepak Bola Nasional! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun