Kenapa bisa mati berdiri? Kenapa matinya tidak  berbaring atau duduk?
Jawabannya ; karena saat mendengar kabar Timnas Indonesia lolos ke semifinal, posisi mereka sedang berdiri. Gubrak! Begitu kagetnya mereka pun langsung mati berdiri. Mereka tak sempat lagi mengambil kasur dan bantal kemudian berbaring untuk mati. Â
Yang kemudian jadi persoalan turunannya adalah, bagaimana mengurusnya? Apakah Timnas Indonesia harus bertanggung jawab?
Yang mengurusnya tentu saja para keluarga dan kerabat terdekat, sesuai tata cara yang umumnya mereka lakukan.
Dan, persoalan "mati berdiri" itu bukanlah tanggung jawab Bima Sakti selaku "coach itu pelatih" (kata Edy Rahmayadi).Â
Bukan tanggung jawab Hansamu Yama selaku kapten tim. Bukan tanggung jawab Andritany Ardhiyasa atau Awan Setho selaku kiper. Bukan tanggung jawab Kurniawan Dwi Julianto dan Kurnia Sandy yang "cuma" asisten coach itu pelatih. Jangaannnn! Tidak boleh itu.
Jangan pula meminta tanggung jawab Febri Hariyadi, Stefano Lilipaly, Riko Simanjuntak, Alberto Goncalves, dan kawan kawan karena itu akan berakibat salah alamat tuntutan!Â
Tugas pemain Timnas Indonesia adalah berusaha memenangkan setiap pertandingan. Mereka tidak perduli dengan berbagai komentar berupa makian, hujatan, dan sumpah serapah lainnya.
Sementara, tugas penonton adalah mendukung Timnas Indonesia berlaga. Kalau kemudian ada yang mati berdiri, harus tanggung sendiri. Jangan pernah membawa Mack Erroth, karena itu sia-sia.
---Â
Salam sepakbola!