Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Gerindra Mewakafkan Sandiaga tapi Merangkul Titiek Soeharto, Demokrat Dapat Apa?

21 November 2018   04:59 Diperbarui: 21 November 2018   05:08 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiaga Uno bersama Zulkifli Hasan dalam sebuah momen kampanye. Sumber gambar : kompas.com

Apalagi dalam setiap kesempatan kampanye, Prabowo dan Sandi selalu mengklaim bahwa "negara Indonesia sedang kritis" baik soal ketersediaan pangan, kemandirian pangan, tenaga kerja, jaminan sosial dan lain sebagainya----yang semua itu pada jaman Orde Baru tidak pernah terjadi. Dalam klaim mereka, Orde Baru mampu membuat rakyat hidup tenang dan nyaman.

Membawa roh Orde Baru ke dalam kampanye Gerindra telah menjadi pukulan telak tersendiri bagi Demokrat yang dilakukan oleh Gerindra, rekan satu tim. Demokrat seolah-olah tidak dianggap karena bagaimanapun Demokrat pernah berkuasa 10 tahun mensejahterakan rakyat Indonesia dengan konsep reformis : transpran, penuh kepedulian pada rakyat kecil, demokratis, dan lain sebagainya--yang Demokrat klaim jauh lebih baik dari era Orde Baru yang otoriter itu.

Di ruang publik secara nyata Gerindra menggaet Partai Berkarya, Prabowo "merangkul" Titiek Soeharto memberi ruang kepadanya untuk menyuarakan panji-panji Orde Baru. Uniknya manauver Gerindra, bukannya mereka menggaet Demokrat dan merangkul AHY yang punya pesona tersendiri untuk menyuarakan kehebatan rezim SBY. Hal tersebut membuat Demokrat bagai tak ada nilainya dalam koalisi.

Akankah hal itu terus berlanjut, yakni Gerindra "memperlakukan secara tidak hormat" Demokrat sepanjang umur Koalisi Adil Makmur? Apa yang diterima Demokrat selama ini dari Koalisi Adil Makmur tak lebih sebuah "siksaan'' belaka.

Sulit bagi Demokrat untuk tampil lebih elegan yang bisa memperbanyak kursinya di parlemen agar eksis pada periode 2019-2024, dan kemudian meraih peluang puncak kekuasaan tahun 2024-2029. Melihat semua itu, kalau aku sih rapopo....

----

peb21/11/2018

Referensi berita :satu, dua,tiga, empat,lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun