Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Drama Kalah dan Menang

17 November 2018   18:12 Diperbarui: 17 November 2018   18:36 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang berkumpul. Berkerumun. Seperti semut. Ada yang di dalam garis. Ada yang di luar. Saat itu batas antara mereka sangat tipis.

Nantinya, akan ada yang gembira tapi menangis. Ada yang bersedih tapi tersenyum. Si Sedih dihibur si Gembira, sambil si Sedih memberi selamat si Gembira. Saat itu sebenarnya mereka sudah dipisahkan jurang, pembeda batas

Sementara itu ada sekumpulan orang terlihat sibuk. Tak perduli rasa gembira dan sedih. Mereka mengumpulkan bulir-bulir air mata si Kalah dan si Menang untuk ditukar dengan tumpukan uang. 

Mereka semua adalah pemain drama. Tentang menang dan kalah. 

-- 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun