Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gagal Menulis

16 November 2018   06:12 Diperbarui: 16 November 2018   06:47 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Huruf-huruf berlompatan setiap kali akan kususun di panji kepintaran. Sebagian berlari menjauh dan tak kembali. Ada yang tak berani menjauh, diam terpaku dan terlihat ketakutan. Ada pula yang menghilang begitu saja tanpa kusadari. 

Sebenarnya, tak banyak yang akan kutulis. Hanya rangkaian kalimat sederhana. Kupastikan para pembaca akan menganggap aku orang hebat.

Tadinya kukira Waktu akan membantu merayu dan mengumpulkan mereka. Tapi nyatanya hanya diam sambil menatap bentuk otakku yang terlilit kemarahan.

Kulihat sepintas, Waktu diam-diam tertawa. Sinis. Sementara panji kepintaran tak sabar ingin dikibarkan.

Saat itu, aku merasa sungguh terhina. Tapi untunglah, tak ada orang yang tahu.

--- 

Peb16/11/2018 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun