Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Om Kardus dan Muka Orang Kampung

5 November 2018   13:09 Diperbarui: 5 November 2018   13:58 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pixabay.com

Anak-anak kampung hanya datang ketika dipanggil oleh si Kardus ketika ada mainan baru. Hari-hari berikutnya, dia akan main sendiri. Sampai bosan. Tidak ada lagi anak kampung yang boleh ikut main.

Tapi anak-anak kampung tidak kecil hati. Mereka banyak memiliki permainan yang dilakukan bersama-sama. Seringkali justru dari balik pagar rumahnya yang luas dan megah, si Kardus itu terlihat menonton anak-anak kampung bermain.

Si Kardus dilarang bermain jauh oleh orang tuanya. Dia hanya menonton saja dari teras rumahnya, atau dikawal pembantu rumahnya saat menonton anak-anak kampung berenang di kali,  main bola saat hujan, sambil bersimbah lumpur penuh keceriaan dunia kanak-kanak.

Anak-anak kampung sering mengajak serta si Kardus untuk turut bermain. Tapi dia selalu menggelengkan kepala. Pelan. Mungkin mau ikutan, tapi takut dengan larangan orang tuanya. Katanya, orang tuanya melarang dia main kotor, nanti bisa korengan, cacingan atau masuk angin.

Begitulah benakku melayang-layang tentang si Kardus. Sampai dia dewasa sebutannya jadi Om Kardus. Dan dia tetap bangga dengan sebutan itu karena mungkin sebagai petanda dia orang kaya sejak kecil hingga dewasa. Kenyataannya memang begitu, tak bisa dibantah.

Tiba-tiba...

"Boss, gak ikut orang-orang ke alun-alun? Sapa tau Om Kardus bagi-bagi duit. Lumayan kan buat beli pulsa, hehehehe!".  Kata Tukang tambal ban itu sambil terus bekerja.

Saat dia tertawa, kulihat badannya terguncang-guncang. Lucu. Bahagia. Entah apa yang ada dipikirannya sehingga terlihat bisa ketawa begitu nikmat.

"Kalau boss mau ikutan ke alun-alun, pakai aja dulu motor saya. Tuh!"

Kata tukang tambal itu sembari menunjuk motor bututnya. Lebih tepatnya motor modifikasi. Body motornya hasil kanibal dari berbagai motor, jadi tak jelas merknya.

"Ogaah, emang aku cowok apaan mau dengar janji-janji Om Kardus. Lha, abang sendiri kok gak ikutan orang-orang itu ke alun-alun? Kan lumayan dapat uang pulsa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun