Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ideologi dan Identitas Klub Sepakbola pada Kematian Suporter

26 September 2018   12:00 Diperbarui: 26 September 2018   17:44 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : http://jateng.tribunnews.com/2018/09/25/

Kejadian kerusuhan yang menimbulkan korban besar materi bahkan nyawa lebih sering terjadi pada entitas sepakbola beridentitas kedaerahan. Pembelaan suporter sebagai rakyatnya laksana membela tanah airnya dalam sebuah peperangan atas ancaman kedaulatan dan eksitensi bangsa dari serangan musuh.  Pembelaan itu bahkan menyerupai pembelaan eksistensi religi yang secara turun menurun menjadi keyakinan kelompok.

Sejatinya, klub sepakbola seperti ini sangat mudah diatur, yakni klub menyerupai pemerintah dalam mengatur rakyatnya. Rakyat tunduk pada aturan dan komando pemerintah.  Namun nyatanya, justru jenis klub sepakbola seperti ini yang sulit mengendalikan suporternya.  Mengapa demikian?

Karena sebagai rakyat sepakbola dalam satu ideologi (kecintaan pada klub), mereka memiliki tingkat fanatisme yang mendalam, namun berbeda  cara menginterpretasikan dan  mengaktualisasikannya secara nyata. Ada sebagian suporter yang beranggapan, dalam pertandingan sepakbola, eksistensi dan religio-isme pada klub adalah diatas segalanya.

Nyawa pun akan dipertaruhkan demi tegaknya eksistensi tersebut, bukan semata demi ideologi klub tapi demi diri sendiri secara personal. Suporter seperti ini umumnya suporter yang secara personal merupakan orang kalah dalam peran atau eksistensinya sebagai masyarakat universal. Mereka pecundang dalam kehidupan di luar entitas sepakbola.

Karena kekalahan personal itu maka mereka mencari saluran lain untuk  pemenangan, dan hal itu mereka dapatkan di kumpulan sebagai rakyat sepakbola--yang di wilayahnya telah menjadi alat perjuangan bersama secara turun temurun.

Dalam kasus meninggalnya Haringga Sirla supoter Persija, kematian merupakan sebuah bentuk interpretasi dan perjuangan personal atas ideologi Persija-isme yang telah dia yakini secara relatif. Dia tak ciut nyali untuk datang ke "markas musuh" demi perjuangan.

Sementara dari sisi suporter Persib, kehadiran Haringga Sirla merupakan ancaman kedaulatan dan eksistensi "rakyat sepakbola Jawa Barat" dan bagi personal yang mengimani ideologi Persib-isme.

Dalam konteks perjuangan masing-masing faham (ideologi klub), jatuhnya korban materi dan bahkan nyawa merupakan konsekuensi yang lumrah. Dalam konteksi tersebut, "tak ada yang perlu disesali" dari kematian karena masing-masing pihak (bisa) mengklaim diri sebagai pemenang atas perjuangan eksitensi ideologi dan kedaulatan tersebut. Masing-masing pihak bangga dengan kematian karena kematian merupakan suatu peristiwa heroik.

Potensi Kematian Suporter

Tak ada yang bisa menghentikan potensi kematian-kematian selanjutnya sepanjang perjuangan eksistensi itu mendapatkan ruang dan tempat di berbagai agenda pertandingan, karena agenda pertandingan itu merupakan arena menegakkan eksistensi sebagai entitas rakyat sepakbola, bukan sebagai masyarakat universal.

Jadi, untuk menghentikan potensi keberlanjutan kematian, maka agenda pertandingan harus dihentikan atau bahkan ditiadakan. Dengan begitu, tidak akan ada perjuangan eksistensi antar  rakyat sepakbola.

Rakyat sepakbola hanyalah sebagian dari masyarakat universal. Pada konteks masyarakat universal, agenda pertandingan sepakbola merupakan satu bagian kecil dari berbagai agenda kehidupan. Sepakbola hanya bagian kecil dari berbagai hal besar dalam kehidupan ini.

Pada masyarakat universal, kematian seorang manusia merupakan hal tabu. Konsensus perjuangan masyarakat universal adalah menegakkan dan memuliakan kehidupan. Ketika ada seorang yang mati karena tindakan perjuangan personalnya, maka yang perlu disorot adalah faham penyebab kematian itu. Hal ini juga berlaku pada faham yang dianut entitas sepakbola.  Dalam konteks masyarakat universal, sangsi akan diberikan kepada rakyat sepakbola, yakni suporter dan klub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun