Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ketua Tim Pemenangan dan Kuatnya Citra Militeristik Kubu Prabowo

18 September 2018   05:03 Diperbarui: 18 September 2018   05:16 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan gaya kepemimpinan SBY itu, kepemimpinan dan organisasi pemerintahan jadi kurang akan kreativitas. Pemerintahan berjalan bagai rutinitas semata. Selama kepemimpinannya 10 tahun (dua periode), tidak banyak perubahan berarti pada pembangunan negara ini. Sempat disebut para pengamat, media dan publik bahwa negara kita mengalami auto pilot atau negara berjalan sendiri bagai tak memiliki pilot (pemimpin).

Prabowo sendiri sebagai mantan militer memiliki rekam jejak kurang sedap saat menjabat Panglima Komando Angkatan Darat (Pangkostrad). Dia diberhentikan secara resmi dari TNI karena kasus penculikan aktivis 1998  yang memperjuangkan kebebasan demokrasi negeri ini.

Djoko Santoso, sumber gambar : kompas.com
Djoko Santoso, sumber gambar : kompas.com
Publik Punya Cara Menilai

Dua presiden berlatar belakang militer pernah dialami rakyat Indonesia. Ini menjadi bagian sejarah. Baik atau buruknya yang terjadi masa lalu itu menjadi preseden bagi masa kini. Tentu saja sejarah itu mengajarkan banyak hal bagi rakyat Indonesia dalam melihat gaya kepemimpinan, dan kemudian menentukan pemimpin negara ini.  

Tak bisa dihindari bila penunjukan Jenderal (purn) Djoko Santoso sebagai ketua tim sukses membentuk citra militeristik pada kubu Prabowo. Hal itu akan terimplementasi pada gaya tim itu berkerja. Bahkan bisa jadi pada gaya pemerintahannya bila memenangkan pilpres 2019.

Untuk masa kini sebenarnya penunjukan Jenderal Djoko Santoso kurang menguntungkan kubu Prabowo dari segi image publik. Rakyat pernah mengalami trauma dari pemimpin militeristik yang presedennya tidak demokratis bahkan cenderung otoriter. Selain itu, gaya garis komando mengekang kreativitas dalam pembangunan.

Untuk menghilangkan preseden buruk dalam benak publik terhadap citra militeristik, harusnya ketua tim kampanye kubu Prabowo berlatar belakang non-militer misalnya  pengusaha, aktivis demokrasi, akademisi atau malah entertainer. Bandingkan dengan kubu Jokowi-Ma'ruf yang diketuai Erick Thohir--seorang profesional dan pengusaha--sangat jauh dari citra militeristik, walau di dalam tim kerja pemenangannya ada sejumlah punawirawan jenderal.

Kalau pun dasar penunjukan ketua tim pemenangan kubu Prabowo memang disengaja dari tokoh berlatarbelakang militer karena ingin mempertegas citra militeristik, aku sih rapopo....  

------

Peb18-9-2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun