Masuknya Sandiaga Uni (Sandi) dan Erick Thohir ke pusaran Pilpres 2019 melalui cara yang berbeda. Sandi jadi cawapres mendamping Prabowo karena dia seorang praktisi politik (berlatar belakang pengusaha). Sedangkan Erick Thohir dipilih jadi Ketua Tim Nasional pemenangan Jokowi/Ma'ruf Amin karena prestasinya sebagai profesional/pengusaha. Dia seorang pengusaha sukses yang sampai saat ini belum ada catatan buruk mengenai usahanya.
Bila dalam konteks jabatan politik, membandingkan kedua tokoh tersebut sebenarnya tidak "apple to apple". Sandi merupakan cawapres, sedangkan Erick Thohir  "cuma" ketua tim sukses pemenangan.Â
Namun demikian, kehadiran mereka berdua di pusaran Pilpres 2019 bisa dirasakan aromanya. Darimana dan bagaimana asal aroma itu?
Aroma Sandiaga UnoÂ
Sandiaga Uno (Sandi) jadi cawapres mendamping Prabowo cukup mengagetkan banyak pihak, baik publik awam maupun para pengamat. Sejumlah alasan bisa dikemukakan, misalnya dia merupakan kader Gerindra, satu partai dengan Prabowo.Â
Kurang menguntungkan secara politis bila dalam satu paket capres/cawapres berasal dari satu partai. Kalau capres/cawapres satu partai, bagaimana dengan kader partai lain (PAN, PKS dan kemudian Demokrat) dalam satu koalisinya? Apakah tidak dianggap?
Selain itu, dari berbagai survei elektabilitas lembaga politik, nama Sandi tidak termasuk, atau kalau pun masuk berada di bawah Anies Baswedan dan AHY. Namun akhirnya dengan sebuah manuver beraroma kurang sedap, Sandi resmi jadi cawapres mendampingi Prabowo.
Sandi merupakan Wakil Ketua Dewan Pembina partai Gerindra, yang kemudian mengundurkan diri jelang pencalonan wakil presiden. Walaupun secara formal telah mundur dari Gerindra jelang pendaftaran capres/cawapres, secara non formal, jiwa, eksistensi dan pengaruh Sandi masih tertanam kuat di partai Gerindra. Terlebih sampai saat ini, Sandi masih berada di lingkungan Gerindra dan koalisi pemenangan.
Mundurnya Sandi dari Gerindra hanya untuk formalitas. Hal itu akal-akalan ala politik agar partai Gerindra tak vulgar terlihat melakukan incest politik. Secara demokrasi hal itu tidak salah namun berbau kurang sedap.
Mereka tak mampu menghadirkan calon wakil presiden dari PKS, PAN atau Demokrat selaku anggota koalisi---selain Gerindra yang sudah memastikan Prabowo sebagai calon presiden. Partai anggota koalisi tak lebih penggembira yang punya agenda tersendiri.Â