Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Aksi Sandiaga Uno Tukar Dollar dan Upaya Mengubah Image Politis

8 September 2018   21:38 Diperbarui: 9 September 2018   16:23 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; poskotanews.com

Sejak Sandiaga Uno resmi menjadi Cawapres pendamping Prabowo, dia telah banyak berubah. Kata orang gaul, dia lebih humble. Apa artinya? Iiiihhh masak istilah itu gak tahu, sih?

Ada hal menarik dari beberapa aksi Sandi di tengah publik. Kini dia lebih dekat dengan emak-emak. Kepandaiannya mendekati emak-emak zaman now tak diragukan lagi. Dengan  selera humornya yang bagus maka dia disenangi para emak. Mungkin sosok Sandi mampu membangunkan imaginasi yang "sesuatu banget" di benak para emak itu 

Selain itu Sandiaga Uno juga dicitrakan sebagai politisi gaul dan representasi anak muda milenial. Sosok fisiknya dan bahasa tubuhnya mendukung hal tersebut. 

Aksi terbaru Sandiaga Uno adalah menukar Dolar ke mata uang Rupiah saat mata uang kita nilainya menurun sampai 15 ribu rupiah per 1 Dolar. Aksi Sandiaga Uno tak tanggung-tanggung, jumlahnya 35 persen dari harta yang dia miliki. Selain itu dia juga mengajak para pengusaha untuk melakukan hal yang sama dengan dirinya. Dia tahu, banyak pengusaha kelas atas yang menyimpan harta dalam bentuk Dolar, baik di dalam negeri maupun luar negeri. 

Ajakan tukar Dolar kedalam Rupiah tak hanya kepada sesama kolega pengusaha, Sandiaga pun tak segan menghimbau Jokowi untuk melakukan hal yang sama. Sandi "pede aje" melakukan itu karena kini posisi dia "selevel" Jokowi, yakni sama-sama peserta resmi kontestasi Pilpres 2019 pada kubu politik yang berbeda. 

Bandingkan sebelum terdaftar resmi jadi cawapres, Sandiaga Uno masih "cuma" Wagub DKI--yang secara hierarki pemerintahan berada dibawah jabatan presiden. Ini artinya, rasa percaya diri Sandiaga sangat besar. Dan pada momen pencitraan "tukar Dolar" dia tunjukkan ke publik.

Aksi tukar Dolar Sandi mendapatkan sambutan positif sebagian besar publik khususnya para pendukungnya, walau tak sedikit orang awam dan elit politik mencibirnya. Tapi Sandi jalan terus ; "demi menyelamatkan negara ini yang sedang dilanda krisis ekonomi global".

Image Personal Politis 

Pelaku politik memang seringkali bikin publik terkejut dengan berbagai aksi di ruang publik. Mereka mampu bikin decak kagum publik atau justru sebaliknya. Hari ini mereka berlaku antagonis, minggu depan jadi protagonis. Dari public enemy bisa mendadak jadi public darling. 

Hal itu merupakan salah satu strategi politik untuk selalu berada dalam pembicaraan publik. Dengan cara itu si pelaku politik itu selalu ada dalam memori publik. Ini penting bagi keberlangsungan karier politiknya.

Sejauh tindakan atau aksi itu tak melanggar peraturan yang berlaku dan undang-undang, maka hal itu tidak jadi persoalan. The show must go on, sampai si pelaku politik menemukan titik keseimbangannya dalam upaya pembentukan  personal branding dalam dunia politik.

sumber gambar : https://media.kompas.tv/library/image/thumbnail/139225/1536236500656.a_675_380.png
sumber gambar : https://media.kompas.tv/library/image/thumbnail/139225/1536236500656.a_675_380.png
Pencitraan Sandi vs Citra Jokowi

Banyak orang sering mengatakan Jokowi suka melakukan pencitraan pada berbagai kegiatan resmi dan non resmi di tengah masyarakat. Sah-sah saja orang menilai dan berkomentar sejauh tidak melanggar peraturan.  

Namun sekarang, Sandi pun sudah mulai melakukan pencitraan. Dari sosok yang tadinya Wagub DKI yang citra jabatan tersebut dicapai penuh dengan politik SARA,  kini Sandi lebih dicitrakan sebagai politisi nasionalis, punya empati pada kebangsaan, serta peduli pada kestabilan politik negeri ini.

Lihat saja, pada perhelatan Asian Games lalu,  saat para atlet negara kita berjuang membela nama bangsa dan negara, Sandiaga Uno menghimbau publik secara luas agar tidak mengeluarkan statemen sinis atau nyinyir untuk menjaga spirit Asian Games dan nama baik bangsa di tengah para tamu internasional yang hadir di negara kita. Dia juga tak segan secara terbuka memuji Jokowi terkait pembukaan  Asian Games 2018 yang spektakuler.

Hal itu tentu suatu hal yang positif, sebuah langkah yang sejatinya dilakukan oleh banyak rekan politisnya sejak dahulu. Karena politisi adalah patron bagi para pendukungnya. Dengan ajakan positif itu, diharapkan seluruh komponen bangsa tidak terpecah belah.

Setelah resmi jadi Cawapres, Sandiaga Uno terlihat berusaha mengubah citra lama selaku Wagub DKI--kursi jabatan politis  bercitra SARA---menjadi Cawapres untuk semua orang. Yang dilakukannya itu sah-sah saja sebagai politisi dan calon wakil presiden agar bisa diterima semua lapiran masyarakat negeri ini. Siapa sih yang tidak ingin diterima seluruh rakyat Indonesia? Menjadi orang yang terlihat baik adalah poin penting untuk meraih suara dalam kontestasi Pilpres 2019.

Ketika upaya menggubah image itu dilakukan Sandi, selain menguntungkan dirinya, di sisi lain Jokowi pun diuntungkan. Jokowi kini tak sendiri dicap suka pencitraan karena kini sudah ada Sandiaga Uno dengan berbagai aksi sebagai "anak baik" di ruang publik.

Sebelumnya "sasaran tembak" publik yang berseberangan politik dengan Jokowi selalu menyerang Jokowi dengan labeling "pencitraan". Apapun aksi dan kegiatan Jokowi yang memuat simpati publik seringkali dianggap pencitraan oleh sebagia publik lainnya. Label pencitraan seolah-solah hanya milik Jokowi saja.

Soal kriteria penilaian pencitraan yang relatif pada masing-masing kubu. Penilaian tentu bersifat subyektif, namun satu hal yang tak bisa dibogongi adalah gestur tubuh dalam setiap aksi. Mulut publik bisa mencibir atau memuji, tapi hati nuani mereka tak bisa dibohongi, yang bisa jadi "lain di bibir lain di hati".

Kini "pencitraan" tak lagi bisa diperdebatkan untuk menjatuhkan lawan, baik kubu Prabowo/Sandi maupun Jokowi/Ma'ruf. Karena kalau mau jujur melihat realitasnya, saat ini kedua kubu punya gaya aksi terlabel "pencitraan" dalam meraih simpati publik.

Kalau pun nantinya  Sandiaga Uno menukar semua hartanya dengan nilai rupiah, aku sih rapopo. 

-- 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun