Lucunya, mereka tidak punya konsep dan program nyata untuk rakyat diluar struktur pemerintahan yang bisa menjadi pencitraan positif diri mereka.
Padahal kesempatan, ruang dan waktu mereka milik selama 4 tahun beroposisi. Ibarat menuduh pihak lain melakukan pencitraan, sementara diri sendiri tak mengerjakan apapun untuk membangun citra diri yang positif.
Hal yang paling miris---dan ini perlu diantisipasi--bila kelompok-kelompok politik itu kemudian melakukan gerakan politik "nyinyir" secara masif dan terus menerus dengan cara  mencari-cari kekurangan dari Asian Games 2018 untuk dibesar-besarkan secara negatif kemudian disebarkan ke rakyat yang sedang bersuka cita dan bangga akan kesuksesan Asian Games 2018. Gerakan ini tentu saja merusak spirit rakyat yang sedang membangun Indonesia lebih baik.
Kelompok politik ini tak rela Jokowi mendapatkan poin politis yang inheren dari kesuksesan Asian Games 2018. Ketika Asian Games pertama kali dibuka dengan Opening Ceremony hebat yang mampu membuat decak kagum dunia internasional, tapi para penganut politik nyinyir justru Jokowi dikatakan pencitraan, nggaya pakai motor bergaya milenial, lupa dengan penderitaan rakyat di Lombok yang terkena bencana alam.
Lalu, ketika Closing Ceremony Jokowi tidak berada di stadion GBK, melainkan di tengah-tengah masyarakat Lombok yang terkena bencana itu dikatakan pencitraan.
Terus, Â maunya apa? Itulah salah satu wabah penyinyiran yang sangat gamblang.
Politik nyinyir sudah muncul dengan berbagai varian. Tak cuma oleh para kaum netizen kelas rakyat jelata, namun juga oleh para petinggi partai oposisi.
Tujuan mereka tentu ingin merusak nilai positif pemerintahan Jokowi. Mereka tidak mampu melakukan hal terbaik bagi rakyat selain membuat statement yang merusak eforia dan gairah kolektif  rakyat yang diharapkan menjadikan Indonesia lebih baik pasca perhelatan Asian Games 2018.
Perhelatan Asian Games2018 telah usai. Namun spiritnya tetap hidup di tengah masyarakat tanah air dan Asia. Semua mata publik telah melihat kesuksesan itu.
Kiranya, dengan bukti nyata itu, publik tak perlu terpancing berbagai virus politik nyinyir. Kalau termakan virus itu bisa merusak akal sehat. Bisa-bisa anda pasang celana di kepala... Heu heu heu!
Tetap bangga Indonesia!