Bila melihat drama politik 1 Trilyun Gerindra bersama tiga koalisinya mendekati akhir pencapresan sungguh tak elok. Tak etis. Menyakiti rakyat. Padahal sebagai pihak oposisi mereka sering mengatakan rakyat sedang menderita karena harga-harga kebutuhan pokok naik.Â
Namun dengan gamblangnya Gerindra menggunakan dana 1 Trilyun hanya untuk dua partai saja. Kenapa uang itu tidak untuk bakti sosial yang langsung dinikmati rakyat? Bukankah aksi sosial itu juga bisa membuat nama partainya harum di mata rakyat calon pemilih?
Aksi Sandiaga Uno memberi uang 1 Trilyun dan terciptanya label "Jenderal Kardus" menjadikan rakyat dipertontonkan aksi Capres/Cawapres yang tidak peka terhadap penderitaan rakyat. Dengan kata lain, dengan uang itu Prabowo dengan Gerindra dan koalisinya nya telah "mengangkangi" rasa keadilan dan "membodohi" rakyat awam politik.
Uang total 1 Trilyun bukanlah jumlah yang sedikit. Dana sebesar itu kalau mau bisa membangun infrastruktur irigasi, listrik, jalan dan jembatan yang bisa memperkuat perekonomian rakyat kecil pedesaan. Kalau mau, uang itu juga bisa digunakan untuk modal usaha kecil rakyat, perbaikan lingkungan kumuh, atau untuk membeli beras bagi rakyat miskin.Â
Kalau mau, uang itu juga bisa untuk membantu rakyat di Lombok dan Bali yang sedang ditimpa musibah bencana alam. Betapa bahagianya rakyat bila itu dilakukan. Tapi tidak! Karena dana itu hanya untuk sekelompok orang saja, yang haus akan kekuasaan.
Kisah "dramatis" Sandiaga Uno memberikan uang 1 Trilyun telah terjadi. Dan Sandiaga telah mengakui hal itu. Sandiaga bisa saja trindikasi suap karena masih sebagai pejabat publik yakni menjabat Wagub DKI. Untuk mengaitkan dan pembuktian di ranah hukum perlu waktu dan strategi yang tidak mudah.Â
Namun demikian, rakyat telah dipertontonkan drama uang 1 Trilyun pada proses capres dan cawapres Prabowo/Sandiaga Uno. Sehingga opini dan citra telah tterbentuk di ruang publik tentang adanya uang mahar politik kepada PAN dan PKS. Dan tentang "Jenderal Kardus". Bagi logika awam hal itu tidak etis dan sebuah bentuk politik yang buruk, yang inheren dengan suramnya kepemimpinan Prabowo.
Kini rakyat sudah cerdas dalam melihat politik. Semua drama itu akan sangat menentukan pertimbangan rakyat dalam pemilihan Presiden/Wakil Presiden nanti. Kita lihat saja hasilnya nanti.
-----
referensi : kompas.com ; merdeka.com ; detik.com satu, dua, tiga, empat