Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Timnas Indonesia Harus Adil dalam Selebrasi Lapangan di Asian Games

18 Agustus 2018   01:29 Diperbarui: 24 Agustus 2018   19:20 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; kompas.com

Sebelum even Asian Games 2018 resmi dibuka, sejumlah cabang olahraga sudah memulai pertandingan babak penyisihan, salah satunya adalah sepak bola. Cabang ini memang langganan "curi start" secara resmi pada berbagai multi even olahraga Internasional, misalnya SEA Games dan Olimpiade.

Saat ini timnas sepak bola Indonesia sudah melakukan pertandingan ketiga pada babak penyisihan grup. Pertandingan pertama menang 4 : 0 lawan China Taipei, kedua kalah 1:2 lawan Palestina, dan ketiga menang 3 : 0 lawan Laos. Pertandingan terakhir dan sangat menentukan akan dilakukan hari Senin 20/8/2018 lawan Hongkong. Kalau indonesia menang maka akan juara grup dan lolos babak selanjutnya.

Dari laga yang sudah dilakoni, ada hal yang menarik saat Timnas Indonesia melawan Palestina. Hal itu dilatarbelakangi faktor hubungan spesial. Dan pertandingan itu merupakan pertemuan dua negara yang secara emosional punya hubungan sejarah dari dulu hingga kini.

Palestina merupakan bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan RI tahun 1945. Disisi lain, Indonesia mendukung penuh perjuangan bangsa Palestina dari berlenggu zionisme Israel dari sejak hingga sekarang. Selain faktor perjuangan, juga adanya ikatan religi kedua negara.

Maka tak heran, ketika Palestina bertanding melawan negara Laos dan China Taipeh, penonton Indonesia banyak yang mendukung Palestina.

Dalam konteks sebagai penonton, mendukung tim manapun adalah hak pribadi penonton, dan itu sah-sah saja dilakukan. Apalagi bila tim tersebut menampilkan permainan yang menarik, menghibur dan memberi pelajaran kepiawaian olahraga.

Bagaimana timnas Indonesia sendiri bila bertanding melawan negara lain? Semua dukungan tergantung maunya penonton. Ketika Timnas melawan Palestina, sebagian gemuruh penonton mendukung Palestina. Salahkah? Tidak. Karena penilaian tersebut merupakan hal relatif bila penonton tidak mendukung atau mendukung tim nasionalnya sendiri. Penonton datang ke stadion membawa dirinya pribadi.

Hal menarik lainnya, dan ini menjadi pertanyaan besar bagi timnas sepak bola Indonesia adalah ketika berlaga melawan Palestina. Saya sempat terharu ketika usai pertandingan Timnas U-23 Indonesia, lewat komando sang kapten Hansamu Yama, melakukan selebrasi Viking Clab bersama tim Palestina karena ini penanda sebuah persahabatan.

Namun kemudian bertanya dalam hati, kenapa saat melawan China Taipei kita tidak lakukan? Kemudian, apakah ini juga akan dilakukan dengan negara Laos dan Hongkong? Ternyata tidak.

Saya awalnya berpikir, mungkin saat melawan China Taipei (sebelum lawan Palestina) timnas Indonesia "lupa". Jadi setelah selebrasi Vicking Clab dengan Palestina, maka hal yang sama kan dilakukan dengan Laos dan Hongkong.

Saat usai melawan Laos tadi malam, ternyata hal itu tidak dilakukan oleh Timnas Indonesia. Bisa jadi juga nanti tidak dilakukan dengan timnas Hongkong.

Apakah ada perlakuan yang berbeda (diskriminatif?) oleh Timnas Indonesia terhadap negara lain? Padahal ini laga olahraga, bukan pertemuan politik yang memiliki muatan tendensi tertentu.

Hal ini sangat disayangkan, karena Asian Games merupakan ajang olahraga multi negara. Dan Indonesia sebagai tuan rumah sejatinya memperlakukan sama terhadap setiap negara yang hadir di negara kita. Mereka adalah tamu terhormat secara internasional. Persoalan politik harus dikesampingkan dahulu. Justru melalui pesta olahraga untuk mempersatukan dan membangun persahabatan atas asas sama derajat dan perlakuan.

Lain halnya bila laga persahabatan dua negara. Bisa saja melakukan selebrasi khusus bersama dalam rangka sejarah atau kesamaan apa pun. Karena selebrasi itu adalah hak dan pertanda khusus kedua negara.

Kontingen Indonesia untuk Asian Games 2018 berfoto bersama seusai acara pengukuhan di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (5/8/2018). Sumber gambar : kompas.com
Kontingen Indonesia untuk Asian Games 2018 berfoto bersama seusai acara pengukuhan di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (5/8/2018). Sumber gambar : kompas.com
Dalam ajang multi negara seperti Asian Games ini, sejatinya tidak ada yang lebih diistimewakan atau dikucilkan karena faktor apapun, baik itu sejarah, budaya, politik, ideologi dan lain sebagainya. Dalam cabang olahraga sepakbola dan cabang lainnya kita bersaing keras dengan Malaysia, bahkan dalam sejarahnya pernah berperang melawan Malaysia tahun 1960-an.

Lalu apakah dalam Asian Games ini timnas Indonesia dan memperlakukan Malaysia berbeda di lapangan? Timor Leste dulu bagian dari negara kita, kemudian mereka melepaskan diri dari kita dan merdeka. Apakah harus kita benci dan perlakukan tidak sama dengan negara lain?

Kembali ke selebrasi timnas sepak bola Indonesia dengan Palestina. Hubungan politik yang spesial Indonesia-Palestina sejatinya tidak mengesampingkan kehadiran negara lain dalam kedudukan yang sama dalam ajang multinasional ini, apalagi dalam satu grup penyisihan yang lima negara: Indonesia, China Taipei, Hongkong, Palestina, dan Laos saling langsung bertemu satu sama lain. 

Akan lebih indah bila selebrasi Vicking Clab itu dilakukan pada semua negara. Timnas harus memberi contoh kepada penonton tentang arti persahabatan tanpa batas dalam olahraga.

Timnas sepakbola Indonesia dan timnas Indonesia cabang lainnya harus memahami pergaulan Internasional secara utuh, bahwa Asian Games ini even multi bangsa, semua negara adalah sahabat.

Timnas kita dari cabang apapun merupakan wakil bangsa di lapangan. Berbeda halnya dengan penonton di stadion yang mewakili diri sendiri.

Harusnya Timnas Indonesia bisa menjaga marwah event multi negara secara adil sebagai tuan rumah dan sebagai olahragawan dengan jiwa sportivitas.

Di lapangan mereka adalah lawan yang harus dikalahkan, namun sedetik usai pertandingan lawan tadi adalah sahabat dan saudara!

Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa yang dalam sejarah perjuangannya diamanatkan Proklamasi dan pembukaan UUD-45 untuk menjaga perdamaian dunia serta membagun persahabatan dengan semua bangsa.

Even multi bangsa seperti Asian Games 2018 inilah salah satu momen kita untuk menunjukkan sebagai bangsa yang besar, bukan bangsa yang dalam selebrasi ajang olahraga salah kaprah dan lebay oleh romantisme hubungan politik hanya sebatas dua negara saja.

Hari ini, 18 Agustus 2018 Asian Games resmi dibuka. Selamat bertanding seluruh Timnas Indonesia dari semua cabang olahraga. Saat menang atau kalah, berselebrasi lah sebagai tuan rumah yang adil dan sahabat bagai semua bangsa...

ailopyu pul

-----

Peb, pendukung Timnas Sepakbola Indonesia

sumber gambar : http://sumsel.tribunnews.com
sumber gambar : http://sumsel.tribunnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun