Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inkulturasi dan Revitalisasi Spirit Kemerdekaan RI untuk Asian Games 2018

15 Agustus 2018   04:49 Diperbarui: 15 Agustus 2018   06:08 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar kolase HUT Kemerdekaan RI ke 73 dan Logo Asian Games 2018. Sumber gambar :http://sumsel.tribunnews.com

Siapa kita? Indonesia!

Dimana kita? Indonesia!

(host Valentino "jebret" Simanjuntak)

Setiap bulan Agustus merupakan "bulan keramat" bagi bangsa Indonesia. Bila memasuki bulan tersebut, seluruh pelosok negeri bersiap menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. Di berbagai tempat akan terlihat bendera merah putih serta berbagai macam atribut dan hiasan bernuansa merah putih.

Situasi itu, secara kolektif dalam masyarakat kita telah mampu membangun kembali spirit perjuangan bangsa meraih kemerdekaan. Setiap tahun spirit itu harus terus direvitalisasi menurut tantangan jaman, demi kemajuan bangsa yang jadi cita-cita kemerdekaan.

Tahun 2018 ini, revitalisasi perjuangan bangsa kembali dihangatkan dalam HUT  kemerdekaan RI ke 73. Nuansa "keramat bulan Agustus" tersebut berbarengan dengan pesta olah raga negara-negara Asia atau Asian Games ke 18  di negara kita dari tanggal 18 Agustus-2 September 2018.

Sebuah kehormatan besar bagi bangsa Indonesia. Banyaknya negara peserta, atlet dan official jadi salah satu pertanda kepercayaan dunia internasional kepada Indonesia selaku tuan rumah. Ini jadi pembuktian kepada dunia bahwa negara kita mampu menyelenggarakan pesta olah raga akbar.

Asian Games ke 18 ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Kontingen berasal dari 45 negara, yang merupakan keseluruhan dari anggota Dewan Olimpiade Asia (OCA). Total peserta berjumlah 16 ribu orang yang terdiri dari 11 ribu atlet dan 5 ribu official.

Mereka mempertandingkan 40 cabang olah raga dengan 465 nomor pertandingan. Jumlah peserta tersebut jauh lebih besar dibandingkan Asian Games modern terdahulu seperti di Cina tahun 2010 dan di Korea Selatan tahun 2014.

Asian Games ke XVIII adalah kedua kali negara kita jadi tuan rumah setelah 56 tahun lalu pada Asian Games ke IV, tepatnya tanggal 24 Agustus-4 September 1962. Pada masa ini kita baru 17 tahun merdeka, situasi dan kondisi negara masih serba terbatas. Perekonomian negara belum terlalu baik, kondisi sosial politik juga masih belum stabil.

Namun spirit perjuangan bangsa mampu menyatukan tekat pemimpin negara dan rakyat untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan diakui dunia.

Dengan menjadi tuan rumah Asian Games 1962, kita tunjukkan bisa memberikan yang  terbaik bagi para tamu dari berbagai penjuru Asia.

Sejak perhelatan Asian Games 1962, negara Indonesia sangat diperhitungkan di Asia dan dunia. Kita pun sempat mendapat julukan "macan Asia", yang disegani bahkan "ditakuti", baik dalam bidang olah raga maupun percaturan sosial politik regional dan dunia.

Spirit "Kerja Kita, Prestasi Bangsa" didalam "The Energy of Asia"

Dengan jadi tuan rumah Asian Games ke XVIII, mata dunia khususnya benua Asia tertuju pada negara kita.

Mereka tak hanya melihat event olah raga, namun juga "isi dalam" bersifat multi demensi yang ada di negara kita, yakni : kehebatan infrastrukur lapangan dan pendukung pertandingan (infrastruktur kota dan wilayah), manajemen dan tata kelola penyelenggaraan, antusiasme dan partisipasi langsung masyarakat, lingkungan sosial dan budaya masyarakat, rasa damai dan nilai persahabatan bangsa Indonesia, dan lain sebagainya yang mencerminkan peradaban (kemajuan) negara kita. Para peserta Asian Games dari luar negeri merupakan saksi nyata tentang semua hal tersebut.

Semboyan Asian Games "Energi of Asia" atau 'Energi Asia' yang berarti dari Indonesia diharapkan Asian Games 2018 mampu jadi sumber 'Energi Asia' di kancah persaingan global.

Dalam isu global, rujukan perkembangan dunia masa kini telah beralih ke benua Asia sebagai magnet dan sumber inspirasi perubahan tatanan dunia baru atau masa depan dunia.

Bagi Indonesia sendiri yang saat ini memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, hal tersebut mampu memperkuat citra (branding) bangsa dan negara Indonesia di dunia internasional. Lewat Asian Games ini, Asia dan Dunia ingin melihat dan merasakan 'Energi Asia' yang bersumber dari tanah air Indonesia. Dan itu semua bisa kita tunjukkan dan berikan!

Untuk mencapai semua itu dibutuhkan kebersamaan dan kerjasama semua elemen sebagai anak bangsa. Untuk membangun kerjasama dan kebersamaan tersebut, spirit perjuangan kemerdekaan bangsa kita pada bulan keramat (Agustus) menjadi kunci penting.

Moto HUT kemerdekaan RI ke 73 yakni "Kerja Kita, Prestasi Bangsa" merupakan hasil revitalisasi spirit kemerdekaan RI untuk menjadi pendukung terwujudnya "Energi of Asia". Itu artinya spirit bangsa kita menjadi "Energi Asia" itu sendiri.

Spirit dan energi perjuangan kemerdekaan RI yang telah direvitalisasi kita inkulturasikan kedalam Energi of Asia pada Asian Games 2018. Artinya, kita menginisiasikan hasil revitalisasi energi dan spirit kemerdekaan RI  kedalam spirit "Energi of Asia". Ini merupakan pengintegrasian pengalaman batin perjuangan kemerdekaan ke dalam Energi of Asia dan "kultur" Asian Games.

Inkulturasi spirit kemerdekaan RI merupakan sebuah  penyisipan mendalam, penguatan, dan pengangkatan yang menjadikan "Kerja Kita, Prestasi Bangsa" sebagai bagian dari Asian Games 2108.

Hal tersebut hal tersebut sekaligus juga memperkaya spirit kemerdekaan RI itu sendiri dan bagi bangsa-bangsa Asia dan seluruh dunia.

Dengan demikian, bangsa kita telah melakukan karya besar bagi diri sendiri dan dunia.

Wujud kongkrit yang bisa anak bangsa lakukan adalah dengan penciptaan perdamaian di lingkungan terdekat, menghilangkan kegaduhan perbedaan politik (misalnya ; caci maki, nyinyir, hoaks, fitnah, saling serang, penghinaan, perkelahian antar kelompok, dan lain-lain) antar anak bangsa, serta memperkuat dan menunjukkan rasa cinta tanah air dan bangsa dengan menghormati simbol-simbol negara sendiri.

Selain itu, adanya rasa memiliki pesta Asian Games sebagai tanggung jawab bersama, bukan milik dan tanggungjawab satu kelompok. Demokrasi kita di tahun politik dalam negeri seperti saat ini yang "hangat dan dinamis" jangan sampai menjadi batu sandungan upaya mewujudkan "Energi of Asia" dari tanah air kita untuk dunia.

Pada contoh yang lebih kecil, selama ini kita bisa membangun kebersamaan sesama anak bangsa dalam acara 17 Agustusan di kampung-kampung, lingkungan komplek tempat tinggal, lembaga atau tempat kerja, sekolah, pasar, dan ruang publik lainnya dengan acara lomba-lomba unik yang penuh suka cita-penghiburan, menyatukan perbedaan, serta menciptakan kebersamaan. Karena alam bawah sadar kita menggerakkan mata batin kita bahwa peringatan hari kemerdekaan RI adalah pesta milik rakyat seluruh anak bangsa ini.  

Dari kebersamaan itu pula hingga kini bisa terwujud "Kerja Kita, Prestasi Bangsa" sebagai revitalisasi spirit perjuangan kemerdekaan.

Lebih lanjut, sejatinya, dari energi spirit tersebut kita wujudkan pada ruang yang lebih besar didalam Energi of Asia.

Betapa bangganya kita yang hidup di masa kini, serta para pahlawan kemerdekaan yang dulu berkorban nyawa untuk kemerdekaan bangsa ini bila kita mampu menunjukkan kepada dunia bahwa kita memang bangsa dan negara yang besar, negara sumber "Energi of Asia".

---

peb2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun