Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Serangan "Bullying" sebagai Penguat Mental dan Meningkatkan Selera Humor

2 Agustus 2018   14:39 Diperbarui: 4 Agustus 2018   11:30 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, terkait pengetahuan dan wawasan. Untuk kuat menerima bully dan kemudian menjadikannya energi baik bagi semua orang biasanya seseorang tersebut punya wawasan dan pengetahuan mumpuni yang didapatkan dari berbagai sumber, bahkan dari momentum bully yang pernah dia terima. Dengan semua itu, kepercayaan dirinya tetap tinggi sementara di sisi lain tidak menjadikannya tinggi hati. Ketika menerima suatu tema bully, ya dia ngakak saja.

Ketiga, memperbanyak teman dan pergaulan. Ada kecenderungan "bersedia" dibully karena bertujuan memperbanyak teman dan memperluas pergaulan. Hal ini cukup unik, namun sering ditemukan bahwa orang yang dibully lebih ngetop dan banyak kawannya. Energi baik yang dimilikinya mampu mengubah bullying jadi jaringan pertemanan yang tulus.

Keempat, selalu berpikir positif. Orang yang dibully dan mampu menerimanya dengan penuh penghiburan umumnya tidak berpikir "yang aneh-aneh". Dia selalu berpikir positif terhadap bully yang diterimanya. Tidak ada pikiran curiga, dendam, niat jahat, dan lain sebagainya, baik dari dari dalam dirinya terhadap orang lain maupun cara dia melihat orang lain yang membully dirinya.

Kelima, pasrah. Ini sesuatu yang sangat unik. Saat dibully, ada sikap pasrah dalam arti menerima semua itu secara lapang dada, dan penuh keterbukaan. Sikap seperti ini memang tidak mudah.

Keenam, memandang hidup secara santai. Bullying (dalam kadar tertentu) adalah bagian dari interaksi sosial kehidupan masa kini. Dan dalam menjalani hidup tak melulu harus bersikap serius. Ada waktu dan bagiannya untuk lebih santai, sekaligus untuk terus meningkatkan selera humor dari beragam fenomena yang dilihat dan interaksi sosial yang dialami.

---

Perubahan cara berinteraksi masa kini telah banyak menghasilkan bentuk relasi sosial pertemanan secara lebih cair. Orang bisa melakukan sesuatu secara lebih bebas tanpa merasa takut sekaligus tanpa menghilangkan rasa hormat. 

Di sisi lain, orang yang strata sosialnya lebih tinggi pun lebih terbuka pada kritik dan tidak secara mutlak membuat sekat interaksi. Ada kesadaran bersama bahwa setiap orang punya keunikan, keunggulan dan sejenisnya yang membuat setiap orang "membutuhkan" orang lain, bahkan terhadap orang yang "lebih rendah" (umur, pangkat, kekayaan, jaringan, dll). 

Ada ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain tanpa sekat.  Sejauh kedua pihak yang sama atau berbeda "strata" bisa saling menerima bentuk "candaan bully" maka tidak ada yang perlu dipersoalkan.

Namun demikian kiranya setiap orang harus tetap mawas diri, dituntut punya kepekaan dan selalu menjaga energi baik. Dengan kata lain  "pandai-pandailah"  melihat situasi dan kondisi dalam bercanda yang mengarah pada bully.  

Kita harus memilah dan memilih jenis dan kadar perundungan, baik itu berupa perundungan secara cyber atau online --misalnya candaan di grup WA, dan juga perundungan verbal dan perundungan secara sosial yang dilakukan dalam interaksi di kumpulan terbatas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun