Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Permainan Timnas U-19 Berada dalam Liminalitas Indra Syafri-Bima Sakti

26 Maret 2018   10:30 Diperbarui: 26 Maret 2018   17:48 3088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; http://cdn2.tstatic.net

Laga persahabatan antara Timnas U-19 Indonesia vs Jepang yang berlangsung Minggu 25/03/2019, akhirnya dimenangkan Jepang dengan skor  4 : 1.  Kekalahan Timnas U-19 kita kali ini mungkin sudah diprediksi banyak penggemar sepak bola. Secara psikologis, Jepang levelnya dianggap berada di atas Indonesia.  

Kekalahan dalam pertandingan bukan semata dilihat dari selisih gol yang terjadi, namun juga pada permainan keseluruhan dan proses gol-gol itu tercipta. Disinilah persoalan Timnas U-19 kita yang saat ini dibawah asuhan Bima Sakti.

Saat masih ditangani coach Indra Syafri, karakter permainan Timnas U-19 kita sangat kuat. Kolektivitas tim terlihat mengalir dalam diri setiap pemain. Umpan-umpan pendek dari satu pemain ke pemain lainnya yang terus bergerak serta gaya tiki-taka dari dalam satu zona menuju ke zona lain sebagai penanda gelombang serangan dan pertahanan diri yang masif menjadikan kekompakan permainan enak dilihat dan bikin sulit lawan. 

Ketika ditangani Bima Sakti, dalam laga melawan Jepang, karakterisik Timnas U-19 kita tidak terlihat jelas. Permainan tim tidak kompak. Tak tampak gaya tiki-taka ala Indra Syafri  yang selama ini mereka gunakan, sementara karakter baru yang dibawakan Bima Sakti juga tak terlihat dalam tim. 

sumber gambar ; http://cdn2.tstatic.net
sumber gambar ; http://cdn2.tstatic.net
Pada laga melawan Jepang kemarin, para punggawa Indonesia seperti berada di antara dua pelatih. Mereka sudah meninggalkan gaya pelatih lama mereka yakni Indra Syafri, sementara disaat yang sama ajaran Bima Sakti selaku pelatih  baru belum terlihat. Kondisi tersebut menempatkan permainan Timnas U-19 kita dalam liminalitas Indra Syafri--Bima Sakti.

Ada suasana baru permainan, tapi celakanya suasana baru itu tanpa konsep yang jelas sehingga lebih mengarah pada kebingungan pemain. 

Pada laga persahabatan tersebut, permainan Egy Maulana Vikri dkk dominan dengan umpan bola-bola panjang, jarak target umpan relatif jauh, sementara pemain yang dituju dalam posisi berlari ke ruang kosong sebagai terobosan, baik itu di zona sendiri maupun lawan. Mereka melakukannya secara canggung dan serba tanggung. Sementara di sisi lain, pemain Timnas U-19 kita kalah dalam hal kecepatan dan postur tubuh  dibandingkan para pemain Jepang. Hal tersebut menyebabkan permainan timnas kita mudah dipatahkan dan sangat mudah terbaca lawan.

Hal yang paling menggenaskan, situasi permainan Indonesia banyak meninggalkan celah-celah ruang kosong yang berpotensi memenangkan lawan. Inilah yang terjadi di lapangan, beberapa gol yang dicetak para pemain Jepang berangkat dari situasi liminalitas tersebut. 

Masih "beruntung" jumlah gol "hanya" empat, karena pemain timnas kita walau dalam kebingungan masih punya semangat bermain yang tinggi dan nyali untuk body contact dengan para pemain Jepang, bahkan kalau perlu, mereka  melakukan pelanggaran. Sejatinya bukan itu yang diharapkan.

Pertandingan melawan Timnas U-19 Jepang  jadi pekerjaan rumah yang besar bagi Bima Sakti, bukan lagi pada skill pemain kita melainkan penerapan konsep bermain yang jelas, konsep yang benar-benar baru atau tetap dengan konsep lama  semasa diasuh Indra Syafri?  

Hal yang harus dideteksi atau diidentifikasi coach Bima Sakti saat ini melihat kemungkinan  permainan para penggawa Timnas U-19 belum "move on" dari style Indra Syafri. Kalau Bima Sakti punya konsep dan gaya sendiri harus segera diturunkan secara jelas, agar para pemain bisa move on dan mampu menjalankan konsep baru Bima Sakti.

Jangan biarkan para pemain Timnas U-19 Indonesia terlalu lama dalam liminalitas-nya karena berbahaya bagi keberlangsungan permainan, bisa-bisa timnas jadi lumbung gol para lawan. Bekal semangat muda saja tidak cukup untuk memenangkan laga. Kita butuh karakter dan konsep bermain yang jelas dan masif. Masih ada cukup waktu untuk berbenah, menemukan karakter kuat timnas untuk perhelatan Piala Asia 2018 nanti. 

Salam sepak bola! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun