Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fiksi Indonesia Bubar, Prabowo, dan Cara Cantik yang Terlupa

23 Maret 2018   21:42 Diperbarui: 23 Maret 2018   22:53 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia bubar tahun 2030! Sontak bikin banyak orang di negeri ini kaget "ngeri-ngeri sedap". Semua perhatian pun tertuju ke Prabowo, bakal Capres dari partai Gerindra. 

Banyak kalangan-awam dan politik-- menyayangkan pernyataan yang keluar dari Prabowo tersebut. Pro dan kontra pun muncul. Soal nada nyinyir jangan ditanya lagi. Buanyak! Netizen bagai pesta pora tujuh hari tujuh malam berceloteh. 

Penggalan pernyataan Indonesia bubar tahun 2030 itu makin  ramai ketika "ternyata" referensi dasarnya adalah sebuah buku fiksi. Pertanyaannya ; apakah sebuah fiksi bisa dijadikan dasar untuk melihat  "nasib ke depan"?

Roh fiksi adalah imaginasi. Imaginasi seringkali diidentikkan dengan dunia khayal, angan-angan, atau bisa juga sebuah harapan. Sifatnya tanpa batas, liar, out of the box, tanpa batas--mengesampingkan realitas. Namun demikian, roh fiksi itu bermukim di tubuh yang "nyata", dalam arti tidak semata tubuh khayalan tanpa referensi realitas. 

Ketika tokoh fiksi Superman sebagai manusia super yang bisa terbang diciptakan, referensi "nyata" nya adalah sebuah setting sosok manusia, planet, udara, dan lain sebagainya yang secara ilmiah dan kasat mata ada di kehidupan nyata manusia. Setting nyata itu merupakan "referensi" fiksi. Ketika akan menjadi Fiksi, referensi itu secara liar ditabrak oleh khayalan, angan-angan dan harapan. 

Manusia konvensional tidak bisa terbang tersebab secara ilmiah ada gaya gravitasi bumi. Secara anatomis, tubuh manusia tidak sama dengan burung yang bisa terbang, belum lagi faktor daya tahan terhadap tekanan udara minim oksigen, dan lain sebagainya. Karena angan-angan manusia bisa terbang, maka segala kendala tadi "ditabrak" atau diabaikan dengan sebuah konspirasi tertentu, misalnya Clark Ken si Superman  berasal dari keluarga planet Krypton-yang hampir mirip dengan bumi. Ketika dia "dibuang" ke bumi, dia punya kekuatan yang lebih dari manusia di bumi. Lebih lanjut, konspirasi itu mengarah pada superioritas manusia bumi yang konvensional. Jadilah Superman manusia fiksi bersetting realitas bumi.

Contoh lain yang agak berbeda. Sejak dahulu manusia ingin bisa terbang layaknya burung. Manusia berkhayal, berangan-angan dan berharap (harapan) suatu saat bisa seperti burung diudara. "Kayaknya asik nih, bisa memantau cakrawala luas, bisa cepat berpindah dari satu locus ke locus lainnya seperti burung, heu heu heu...".

Maka, ditelitilah mengapa burung itu bisa terbang. Beragam eksperimen manusia abad 17-18 telah dilakukan untuk bisa terbang. Dari waktu ke waktu,  pengalaman empiris (ujicoba) itu dilakukan dan disempurnakan menghasilkan teori-teori eronautika sederhana. Oleh Wright bersaudara semua itu dihimpun dalam kerja ilmiah, maka jadilah pesawat terbang. Oleh Igor Sikorsky, jadilah helikopter. Sekarang, manusia bisa terbang menggunakan pesawat! 

Dari dunia fiksi---khayal, angan-angan dan harapan berdasarkan referensi realitas, jadilah kenyataan tak disangka-sangka, sesuatu yang sebelumnya hanya "fiksi" dunia komik dan novel. 

Realitas negara Indonesia yang terhimpun dari beragam perbedaan suku, agama, ras, budaya, politik, dan lain sebagainya merupakan "imaginasi" founding father masa lalu. Fiksi tentang Indonesia akhirnya terbentuk karena adanya perjuangan, usaha, tekadn kerja ilmiah dan lain sebagainya demi mewujudkan kenyataan Indonesia.

Sebaliknya, Negara Kesatuan Republik Indonesia  ini bukan tidak mungkin bubar kalau tidak adanya upaya-upaya nyata-ilmiah-kasad mata oleh seluruh komponen bangsa untuk terus menerus menjaganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun