Perebutan Piala Champions Eropa 2018 memasuki babakan baru, yakni pertarungan perempat final yang akan digelar dalam dua Leg yakni tanggal 3-4 April dan 10-11 April 2018.Â
Terdapat 8 klub sudah memastikan diri masuk ke 8 besar dan akan bertarung menuju semifinal. Mereka adalah Real Madrid, Barcelona, Sevilla, Bayern Munchen, Juventus, AS Roma, Liverpool, dan Manchester City.
Bila dilihat dari komposisi negara, maka Spanyol terbanyak mengirimkan wakilnya, yakni 3 klub, dikuti Italia 2 klub, Inggris 2 Klub dan Jerman 1 klub. Dilihat secara umum berdasarkan teori kemungkinan, maka klub asal Spanyol berpeluang besar menjuarai Liga Champions tahun ini karena lolosnya 3 wakil mereka hingga babak 8 besar ini. Bukan tidak mungkin akan terjadi grandfinal sesama klub Spanyol! Peluang berikutnya adalah Italia dan Inggris yang mengirimkan 2 wakilnya. Sementara peluang terkecil adalah Jerman yang cuma mengirim 1 klub.
Secara matematis, jumlah klub wakil negara berperan besar menjadi penentu keberhasilan ke tahap juara. Makin banyak wakil, maka makin besar pula peluang, karena jumlah membaginya besar.
Namun sepakbola bukanlah matematika. Sepakbola adalah kejutan. Sepakbola seringkali mirip drama, filem atau cerita fiksi yang tak bisa ditebak endingnya.Â
Airmata dan kegembiraan para pendukung di satu bingkai itu bermula dari ketidakpastian sepakbola. Semakin tinggi tahapan tangga perebutan juara  maka semakin besar dan nyata hadirkan ketidakpastian itu. Mengapa?Â
Babak 8 besar Piala Champions berisi klub-klub terpilih yang hebat dan masing-masing punya mental juara. Tidak ada klub yang bisa mengklaim diri pasti menang melawan musuhnya. Kekuatan satu dengan lainnya relatif berimbang. Kesiapan mental di momen laga, strategi permainan di tiap detik pertarungan  dan kelengahan lawan menjadi faktor penentu sebuah kemenangan atau kekalahan.Â
Satu lagi, faktor keberuntungan. Faktor ini tak jelas defenisinya, namun seringkali bikin dada penonton sesak usai laga. Papan score elektronik di stadion  yang sejatinya bikinan manusia namun kali ini bagai benda mati yang bisa diutak-atik angkanya. Papan itu tak bisa disentuh satu orang pun karena sudah mati harga. Tinggal banjir airmata pendukung yang kalah saja yang meratapinya, dan air mata pemenang yang mensyukurinya.Â
Kemungkinan drama airmata di  delapan besar dimiliki negara Spanyol, Italia, dan juga Jerman. Sementara kepastian sukacita kegembiraan dimiliki Inggris. Bayangkanlah bila 3 klub Spanyol semuanya tersingkir oleh lawan-lawannya. Real Madrid disingkirkan Juventus, Barcelona ditaklukan AS Roma, Sevila dihempaskan Bayern Munchen. Habis sudah asa spanyol untuk juara.
Atau bayangkalah 2 Klub Italia dibuang oleh lawan-lawannya. Juventus ditekuk Madrid, AS Roma dipermalukan Barcelona. Musnah sudah harapan Italia merebut Piala Champions, terlebih mereka telah gagal maju dalam piala dunia2018.
Tak terbayangkan drama kesedihan  itu nyata memicu derasnya airmata warga masing-masing negaranya. Spanyol berduka secara masal. Italia berkabung secara komunal. Padahal ilmu matematis sepakbola mereka sudah sangat jitu. Tapi drama kesedihan itu tak butuh ilmu matematika.
Inggris akan jauh dari airmata kesedihan sampai babak laga 8 besar ini. Mereka ditakdirkan untuk bersuka cita dalam setiap laga. Liverpool yang berhadapan dengan Manchester City akan menghadirkan sukacita itu tanpa drama air mata kesedihan rakyat Inggris. Kalah atau menang keduanya adalah sebuah kepastian sepakbola Inggris menuju semifinal nanti. Pertaruangan itu tanpa tetes airmata kehancuran, tanpa drama kesedihan selain kepastian sepakbola tanpa perlu matematika.Â
Good opportunity, Sir....
----Â
Peb/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H