Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Partai Demokrat Dukung Jokowi, Jalan Pendek tapi Sulit

12 Maret 2018   07:06 Diperbarui: 12 Maret 2018   18:08 1871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu megawati dan pak SBY dalam suatu acara resmi. sumber gambar :https://www.merdeka.com/politik/setiap-salaman-dengan-megawati-sby-terima-banyak-sms.html

Rapimnas partai Demokrat 2018 yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Sentul International Convention Center jadi pembicaraan hangat setelah dikaitkan dengan Pilpres 2019. Pernyataan SBY kepada Jokowi bahwa partai Demokrat tidak menutup kemungkinan 'berjuang bersama Jokowi' bila Tuhan mentakdirkannya. Tak lupa SBY "memamerkan" kehebatannya memenangkan Pilpres 2004 dan 2009 lalu. Konteks "berjuang bersama Jokowi" bisa dilakukan dengan kerangka kebersamaan yang tepat, saling percaya dan saling permanen serta adanya respect dalam koalisi, (kompas.com, Sabtu,10/3/2018).

Dalam politik, koalisi partai pada pemeritahan tidak ada yang tidak mungkin. Asal saling menguntungkan secara politis maka koalisi sangat mudah terjadi. Pada masa SBY jadi presiden, Partai Demokrat yang memiliki warna politik berbeda dengan PKS bisa bersatu dalam pemerintahan SBY. Persoalan beda ideologi  partai yang bagai bumi dan langit sekalipun bisa dibicarakan demi mencapai tujuan bersama. Ibarat para penumpang mobil travel dengan pengelola travel, bila cocok harga dan sesuai muatan, maka sopir travel pun akan membawa para penumpangnya.

Walau urusan kepentingan dan perbedaaan dokrin partai tak jadi persoalan, namun ada satu hal penting dan tak bisa dilupakan yakni relasi personal para pemimpin partai.  Ini soal non-teknis dan sangat private--yang tadinya bukan milik publik kemudian menjadi milik publik.

Bukan rahasia umum lagi sejarah hubungan pribadi Megawati ketua PDIP dengan SBY ketua Demokrat tak begitu harmonis. Persoalan intrik politik SBY di masa lalu (Pilpres 2004) menjadi luka batin Megawati  yang bagai belum terobati hingga sekarang. SBY pada masa itu jadi menteri era pemerintahan Megawati 1999-2004 menjadi orang kepercayaan dan 'anak kesayangan' Megawati. 

Konon Pak SBY pernah berjanji mendukung penuh Megawati untuk maju jadi Presiden periode ke dua 2004-2009, namun di tengah jalan mengundurkan diri dari kabinet Megawati kemudian Pak SBY mendirikan partai Demokrat untuk jadi capres di Pilpres 2004. Dan ternyata Pak SBY jadi pemenang mengalahkan Ibu Megawati! Ini menjadi luka batin (catatan pribadi) tak terhapuskan bagi Ibu Megawati yang berpengaruh pada kepemimpinannya dalam berelasi dengan Pak SBY selaku ketua partai Demokrat hingga sekarang.

Secara ideologi partai, antara PDIP dan Demokrat relatif sewarna dan sejalan, yakni sama-sama menganut faham Demokrasi dan Nasionalis. Namun demikian, walau sama-sama menganut demokrasi dan mengaku partai modern, model kepemimpinan kedua partai juga sama konvensionalnya dan tidak (belum) demokratis.  

Muncul opini publik bahwa PDIP dan Demokrat layaknya perusahaan (partai) keluarga. Semua keputusan penting, kaderisasi atau suksesi tergantung pada otoritas penuh SBY di Demokrat dan Megawati di PDIP. Selain itu adanya faktor trah keluarga. Ini menjadi persoalan yang rumit ketika kepentingan kedua partai bertemu di tingkat elit nasional. Bandingkan model keduanya itu dengan partai Golkar yang juga menganut demokrasi, nasionalis dan modern.  

Ibu megawati dan pak SBY dalam suatu acara resmi. sumber gambar :https://www.merdeka.com/politik/setiap-salaman-dengan-megawati-sby-terima-banyak-sms.html
Ibu megawati dan pak SBY dalam suatu acara resmi. sumber gambar :https://www.merdeka.com/politik/setiap-salaman-dengan-megawati-sby-terima-banyak-sms.html
Dalam partai Golkar, kepemimpinan kolektif benar-benar diterapkan. Suksesi dilakukan murni pada kemampuan kader yang plural, bukan pada sang ketua atau trah keluarga. Sosok yang jadi ketua partai saat ini tidak berarti yang kelak  suksesi ketua atau petinggi partai jatuh pada anak, istri, keluarga dekat  si mantan Ketua tersebut. Pengaruh ketua partai akan sangat kecil bila tidak lagi menjabat ketua. Suksesi dilakukan berdasarkan aturan periode terbatas di mana tak ada ketua partai Golkar menjabat seumur hidup! Hal ini yang tidak ada di tubuh PDIP dan Demokrat sampai saat ini.

Model "partai keluarga" seperti PDIP dan Demokrat merupakan sesuatu yang sah-sah saja. Hal itu sudah disadari dan diterima internal kader partai berdasarkan "sejarah internal" pula. Selain itu tidak ada undang-undang yang melarang, atau dilanggar kedua partai tersebut. Namun menjadi penghalang ketika dinamika politik harus bergerak dengan cepat yang membutuhkan cara berpikir baru dalam mensikapi banyak hal, termasuk koalisi dengan partai lain tanpa penghalang faktor non-teknis atau urusan konflik pribadi menahun antar ketua partai.

Asumsi bahwa luka batin politis Ibu Megawati yang dalam begitu terlihat ketika di banyak kesempatan formil dan non-formil kenegaraaan dimana kedua tokoh penting itu diundang. Salah satu--Pak SBY atau bu Mega--sering tidak hadir dengan berbagai alasan. Kalau pun kedua tokoh itu pernah "kepentok" hadir dan bersalaman lebih pada kehendak protokoler dan basa-basi politik di ruang publik, bukan sebuah interaksi personal humanistik layaknya kawan lama dalam satu perjuangan di masa lalu. 

Padahal, untuk menepis anggapan luka bain dan tak harmonisnya relasi personal Megawati-SBY publik awam dan politisi butuh hal tersebut;  menyaksikan keduanya bercakap-cakap dalam waktu lama, saling tertawa, minum teh bersama atau hadir dibanyak agenda politik dan kenegaraan sebagai tamu yang ditunggu-tunggu kebersamaan dan kemesraannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun