Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

JK Dukung Jokowi pada Pilpres2019 sebagai Politik "Mandi Bersih"

5 Maret 2018   15:04 Diperbarui: 5 Maret 2018   16:06 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/wakil-presiden-jusuf-kalla_20180219_202556.jpg

Jusuf Kalla (JK) menolak untuk maju lagi sebagai  Cawapres di Pilpres  2019 mendatang tapi dia bisa saja mendukung  Capres Jokowi demi mendapatkan tiga kemenangan,  mengapa? 

Sebagai politikus kawakan, JK punya daya magnet sangat kuat di dunia politik Indonesia, baik ketika masih dalam struktur partai maupun  tidak. Dia sudah malang melintang sejak era Orde Baru hingga pasca Reformasi. Dari jabatan pengurus  biasa di partai, DPP, ketua partai Golkar, menteri hingga Wakil Presiden pernah digenggamnya. Tak heran bila para lawan politik pun segan padanya.

Hal yang langka dari JK adalah pernah  dua kali jadi wakil presiden pada periode yang berbeda dan bersama presiden yang berbeda pula. Pertama jadi wakil presiden ke 10 mendampingi Presiden SBY di periode 2004-2009. Ini adalah periode pertama SBY jadi presiden. Pada periode kedua di 2009-2014 JK tersingkir karena SBY lebih memilih Prof. Dr. Boediono  yang "lembut dan tidak suka menjolkan diri".  Sementara JK yang tersingkir kemudian "hanya" aktif di kegiatan sosial yakni jadi ketua PMI (Palang Merah Indonesia) dan Ketua Dewan Masjid Indonesia. Pada masa itu pun dia tak lagi menduduki jabatan struktural penting (decision maker) di partai Golkar yang pernah membesarkannya. 

Jabatan di lembaga sosial biasanya seperti pertanda "berakhirnya" masa emas seorang JK dari dunia Politik. Orang awam pun menganggap JK sudah tua dan sudah waktunya "ngurus cucu dan jalan-jalan menikmati masa tua".

Tapi siapa sangka setelah "menganggur 5 tahun" JK come back ke arena politik. Dia laksana pendekar tua yang turun gunung berbekal jurus beladiri yang masih ampuh. Dengan "daya sakti" nya yang masih belum redup, JK kemudian terpilih kembali jadi wakil presiden RI ke 12, pendamping Presiden Jokowi saat ini. 

Perjalanan JK jadi wapres seperti ini belum ada dalam sejarah Indonesia. Mungkin hal yang sama sulit dilakukan tokoh politik lain. Umumnya seorang yang sudah pernah jadi Wapres pertama kali, kalau tidak berlanjut di periode berikutnya  maka seterusnya akan "tenggelam dan dilupakan" para petarung generasi politikus terbaru. Tapi khusus  untuk JK hal itu tak berlaku. 

Peran Heroik JK Masa Lalu

Perjalan karier politik JK penuh lika-liku, dari yang biasa-biasa saja hingga yang dramatik. Dari yang penuh kecaman hingga pujian nan heroik. Semua itu sudah dilaluinya. Pada masa internal partai Golkar kisruh  hingga Pohon Beringin itu hampir tumbang,  JK tampil menegakkannya. Dalam persoalan kemanusian-kebangsaan, JK jadi sosok kunci  perdamaian tiga konflik besar di Tanah Air. Mulai dari kerusuhan Ambon (Maluku), Poso (Sulawesi Tengah) hingga konflik separatisme di Aceh. Disaat presiden Megawai (2001-2004) "hanya bisa menangis" dan SBY "maju-mundur cantik penuh ragu" melihat konflik berdarah di Ambon dan Poso, JK yang "Cuma" menteri  tampil mendamaikan konflik tersebut.

Itulah sebagian dari catatan "kesaktian" JK yang membuat namanya harum dan disegani banyak orang. Namun dibalik cerita sukses itu ada juga catatan sumbang tersemat pada kiprah politiknya.

sumber gambar : http://jabar.tribunnews.com/2018/02/18/jusuf-kalla-ditanya-lebih-enak-jadi-wakil-presiden-era-sby-atau-jokowi-jawaban-jk-tak-disangka
sumber gambar : http://jabar.tribunnews.com/2018/02/18/jusuf-kalla-ditanya-lebih-enak-jadi-wakil-presiden-era-sby-atau-jokowi-jawaban-jk-tak-disangka
Cacat Politis JK

Saat jadi wakil presiden era SBY, JK tampil dominan yang membuat suasana politik dalam negeri tidak nyaman.  Dimata publik, timbul istilah matahari kembar pada pucuk pimpinan RI. Hal ini diperparah oleh  elemen politis yang  'ngoporin'  sehingga timbul kesan Presiden SBY gerah terhadap sepak terjang  JK sebagai wakil presiden. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun