Drama itu bukan mimpi. Bukan gambar khayal cerita HC Andersen hingga Harry Potter yang settingwaktu, tempat dan pelakunya begitu asing. Drama timnas kita itu nyata seperti kita mengalami sejarah kekinian bangsa, atau membaca pelajaran sejarah nasional masa lalu. Dari dinamika peristiwa, peninggalan tertulis, rekaman, perangkat senjata, istana dan kuburannya pun bisa kita temukan di kota tak jauh dari tempat tinggal kita.
Setiap scene laga timnas dan kedekatan diri dengan aura perjuangannya mampu membangun suatu rasa unik dan diri dan point pembelajaran sikap diri di keseharian. Ketika pemain nasional ada yang berbuat curang di lapangan dan mendapat hujatan, kita bisa belajar tidak berbuat curang dan bersikap terhadap tekanan negatif di dalam setting keseharian diri kita. Ketika mereka dielu-elukan dalam kelimpahan pujian dan materi, kita belajar mawas diri saat berada di puncak prestasi kerja dan kehidupan sosial. Bagaimana kedua hal itu bisa dikaitkan? Para pemain nasional itu bukan orang lain. Kultur mereka adalah gambaran keseharian kita. Seperti kita melihat saudara kita atau tetangga di rumah sebelah kita.
Sering dikatakan, timnas sepakbola kita merupakan sebuah ironi bangsa. Jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa namun belum mampu menghasilkan 11 orang pembawa timnas kepentas dunia. Mungkin sama halnya dengan kekayaan bumi negeri ini yang berlimpah tapi tak menjadikan negara paling makmur di dunia. Tapi  toh kita tak perlu kecil hati.
Era tahun 60-an timnas kita jadi macan sepakbola Asia yang sangat ditakuti negara-negara Asia. Era kini timnas lekat dengan kekalahan. Begitulah bagian sejarah setiap bangsa terus diciptakan jaman. Dalam sejarah sepakbola itu, drama timnas beserta sensasinya terus berproduksi sejalan agenda atau event-event sepakbola dari level regional menuju global.
Tahun 2018 ini banyak event tingkat Asean dan Asia bakal diikuti timnas sepabola kita, misalnya piala AFF U16, U19, U23 dan Asean Games 2018. Sangat layak ditunggu dan saksikan. Apapun drama yang akan tersaji nanti, dalam kemenangan atau pun kekalahan, kita tak usah  malu jadi pendukung timnas Indonesia. Kenapa? Bacalah kembali artikel ini. Jangan lupa ajak teman. Heu heu heu...
-----
Peb/19/01/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H