Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membangun Kembali "Spirit" Menulis setelah Lama Cuti Literasi

23 Desember 2017   14:13 Diperbarui: 24 Desember 2017   22:29 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://d3hhi5knjyj98j.cloudfront.net/f_auto,q_70/utmp559kfgovv4s1ktdw

Aktivitas menulis itu gampang-gampang sulit asalkan sudah punya ide dan kemauan menuangkannya menjadi bentuk tulisan. Kalau tak punya ide dan belum ada kemauan, sampai cacing beranak ular pun tak bakalan bisa menghasilkan tulisan. Kemudahan ini berlaku untuk yang sering membaca dan menulis saja. Artinya, konsisten membaca banyak hal atau konsisten pada topik tertentu, kemudian rajin pula menghasilkan tulisan dalam kurun waktu tertentu, misalnya satu hari satu tulisan, atau dua tulisan dalam seminggu. Dalam konsistensi itu, setiap orang punya waktu menulis yang berbeda. Bisa dikatakan menulis sebagai me time bagi dirinya.

Lalu bagaimana bila "lama cuti" menulis?

Ada suatu kondisi tertentu seseorang "terpaksa lama cuti menulis" dalam kurun waktu tertentu. Penyebabnya tentu beragam bagi setiap orang, misalnya karena "kesibukan lain di luar kebiasaan menulis" yang lebih menuntut konsentrasi, tenaga, waktu, pikiran dan perasaan. Bisa juga karena "kesal" atau mendapat musibah atau pengalaman "traumatik" tertentu yang membuat semangat menulis meredup.

sumber gambar : https://d3hhi5knjyj98j.cloudfront.net/f_auto,q_70/utmp559kfgovv4s1ktdw
sumber gambar : https://d3hhi5knjyj98j.cloudfront.net/f_auto,q_70/utmp559kfgovv4s1ktdw
Cuti menulis itu ibarat seorang atlet yang lama tidak bertanding dan tidak latihan. Ketika akan memulai lagi aktivitas olaharaga dia tidak bisa langsung "on seperti dulu", badan masih kaku, pergerakan tidak lincah seperti dulu, daya tahan (endurance) masih lemah alias mudah capek dan "nafas ngos-ngosan". Itulah mengapa biasanya program awal si atlet hanya olahraga ringan dengan game-game kecil. Namun perlahan-lahan sembari berjalannya waktu, intensitas, dan bobot permaianan ditambah sampai pada kondisi puncak siap tanding.

Cuti menulis dalam waktu yang lama akan memengaruhi "aspek psikologis dan kemampuan" ketika akan menulis kembali. Perlu waktu dan usaha ekstra untuk mengembalikan kualitas dan gaya/ciri khas tulisan agar bisa "seperti dulu". Perjuangan ini bisa saja membuat seseorang mengalami "inkubasi menulis"--seolah badan dan pikiran panas dingin atau meriang-meriang ketika menulis. Hahahaha!

Seringkali masa "inkubasi" ini menghasilkan kekecewaan karena hasil yang didapatkan tidak sesuai ekspetasi awal. Kalau bisa menerimanya sebagai sebuah proses tentu tidak masalah, tapi kalau kemudian hal itu meredupkan kembali semangat menulis, bagaimana?

Diperlukan sejumlah trik atau stimulan dukungan untuk melewati masa inkubasi ini agar tak membuat semangat menulis menjadi redup atau terhenti sama sekali. Sejumlah hal sederhana dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 

Pertama, membuat tahapan resolusi diri. Perlu pencanangan diri kapan mulai menulis dan berapa lama tulisan itu dibuat. Mungkin pada tahapan pertama tidak seproduktif dahulu. Kalau dulu satu hari satu tulisan maka tahap pertama cukup tiga hari untuk satu tulisan. Yang penting dalam tiga hari itu satu tulisan harus selesai dan diposting. Dalam resolusi diri ini sebaiknya jarak waktu tidak terlalu jauh agar suhu dalam semangat tidak mendingin

Kedua, membuat tulisan dengan topik sederhana. Kalau dulu membuat tulisan bertema hal-hal yang berat, yang menuntut studi/riset referensi yang banyak dan kemampuan analitis yang mendalam, maka untuk tahap pertama sebaiknya bertemakan hal-hal sederhana di keseharian yang tak menuntut studi pustaka yang banyak. Dengan tema sederhana tersebut diharapkan kita segera melakukan aktivitas menulis "tanpa banyak pikir", segera menyusun kata-kalimat dari ide/pikiran.

Ketiga, membaca kembali tulisan sendiri yang pernah dibuat. Tulisan tersebut dari tema-tema ringan sampai yang berat. Sangat disarankan membaca tulisan awal ketika mulai belajar menulis. Diharapkan ini membuka kembali pemikiran bahwa menulis itu hal yang mudah, "toh dulu juga bisa menulis". 

Keempat, membaca tulisan orang lain. Hal ini untuk membangun rasa kompetitif, memacu diri, menambah referensi, membangun perpektif, dan mengetahui isu-isu aktual yang sedang digandrungi para pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun