Kenapa perlu selera humor? Kanal politik yang keras butuh sentuhan humanis. Humor dimiliki setiap orang seperti halnya setiap orang punya hak politik. Humor juga merupakan salah satu bagian pembentuk rasa humanis setiap orang. Bagi penulis politik, humor bisa menjadi alat untuk melunakkan pembaca kritis yang memiliki preferensi tertentu yang pikirannya tertutup atau terbelengu pada preferensi tersebut. Dengan pemilihan  humor yang jitu, penulis bisa memasuki dan mengajak si pembaca berpikiran terbuka dari terbelengu tadi sehingga lebih rileks menerima opini tanpa dia sadari.Â
Pada dasarnya sebuah artikel atau tulisan politik tetaplah merupakan karya literasi, bukan ring tinju secara fisik. Wujud literasi tersebut "bersifat maya", penikmatnya (pembaca dan penulis) secara mengalir masuk kedalam imajinasi-imajinasi privat. Sebuah wujud yang tadinya hanya milik diri sendiri, kemudian disajikan menjadi milik bersama. Sifat ini tak beda dengan karya literasi kanal lain. Hal ini sangat mendasar dan seringkali dilupakan para penggiat kanal politik, baik pembaca maupun penulis.Â
Karya literasi bukanlah ring tinju nyata, melainkan arena imajinasi dan tempat berbagi imajinasi. Jadi, mari kita berbagi imaginasi di kanal politik.Â
Kalau tak mau berbagi nanti dianggap nganu. Kalau nganu nanti dimarah ibu guru, lho...heu heu heu...
SalamÂ
-----Â
Peb16/10/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H