Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pembenci Rindu

1 Oktober 2017   03:08 Diperbarui: 1 Oktober 2017   11:01 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: arthistoryproject.com

Pernah rindu menghadang | Saat aku membersihkan gudang masa lalu | Aku berdiri di pintu waktu | Tepat di batas masa lalu dan kini | Aku berjaga | Mata tajam | Tangan terkepal | Kukira dia akan menyerang | Ternyata tidak |

Rindu hanya menatap | Lama | Kemudian pergi begitu saja | Kupikir rindu pasti ketakutan| Aku lega | Tertawa penuh kemenangan | 

Aku memang benci rindu | Kerap merampas realitas | Melukai banyak mimpi | Tinggalkan perih tanpa suara | Malam ini, kalau dia datang lagi | Kulaporkan pada rasa malu | Pasti! |

----- 

Peb1/10/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun