Riset historis adalah proses sistematik yang bertujuan menjelaskan, menganalisis dan menafsirkan masa lampau, berdasarkan pada fakta atau informasi relevan yang diperoleh dari berbagai sumber yang teruji otentisitas dan akurasinya. Riset historis umumnya digolongkan sebagai metode riset kualitatif. Riset historis tidak dimungkinkan adanya pengontrolan atau manipulasi variabel seperti dalam metode eksperimen atau metoda riset lainnya karena sepenuhnya berpumpun pada peristiwa yang terjadi di masa lampau.Â
Informasi atau data dalam riset historis tidak dihasilkan atau dibangun oleh peneliti seperti dalam metode riset lainnya. Terkait hal tersebut, tim pembuat film G30SPKI versi baru harus menelusuri berbagai sumber yang memiliki kandungan informasi atau fakta tentang masa lampau, seperti: dokumen tertulis, artefak, dan saksi hidup peristiwa gerakan PKI.
Dalam riset historis peneliti secara kritis merekonstruksikan masa lampau seakurat dan selengkap mungkin, dan menjelaskan mengapa peristiwa atau kejadian di masa lampau tersebut bisa terjadi atau dimungkinkan. Riset historis selalu bersifat analitis dan spekulatif, menuntut induksi logis dari peneliti yang berlandas pada informasi atau fakta tentang masa lampau yang relatif terbatas. Karena itu hasil riset historis selalu bersifat sementara. Penemuan informasi atau fakta baru selalu membuka kemungkinan bagi penafsiran kembali hasil riset historis sebelumnya
Obyek bahasan tersebut tidak disoroti secara terisolasi, tetapi selalu dikaitkan dengan situasi dan kondisi di Indonesia pada era partai komunis eksis. Â Lingkup suatu bahasan dapat diperluas atau dipersempit dengan memodifikasikan empat kategori pembatas, yakni: wilayah geografis, aktor yang terlibat, periode, dan jenis aktivitas gerakan Komunis-PKI.
Pada topik komunisme dan PKI di Indonesia yang belum pernah dibahas sebelumnya dapat dikembangkan dari interpretasi awal untuk membuka perdebatan. Seringkali terdapat kesenjangan atau defisiensi dalam bahasan gerakan PKI yang telah berkembang dimasyarakat, sehingga perlu dijembatani atau dilengkapi segera dan dikoreksi dengan mengusahakan interpretasi yang lebih akurat. Interpretasi yang terlalu simplistis perlu diperkaya dengan penyidikan yang lebih rinci dan komprehensif.
Pada perdebatan tentang partai PKI yang telah terlanjut berkembang secara ekstrim perlu dibuktikan mana pendapat yang benar dan mana pendapat yang salah, mana yang melihat permasalahan dari perspektif yang kurang tepat.
Riset historis menuntut proses kerja yang holistik, di mana sejumlah aktivitas terjadi secara tumpang tindih, tidak merupakan urutan yang secara jelas terpisah. Dalam riset historis sebenarnya tidak dikenal prosedur kerja yang baku, tiap peneliti dapat melakukan pendekatan dan langkah yang berbeda-beda. Pada umumnya secara metodologis langkah yang harus ditempuh peneliti dapat dibedakan menjadi empat. Yaitu:
Perumusan masalah
Masalah yang akan distudi harus dirumuskan secara jelas dan akurat, serta berada dalam batas kemampuan peneliti (manageable). Hipotesis yang akan diujikan, bila ada, harus diformulasikan dengan baik, terurai dalam bentuk kaitan antar variable yang signifikan.