Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyelisik Orang Rumah

8 September 2017   02:29 Diperbarui: 8 September 2017   14:12 2318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : http://www.ummi-online.com/po-content/po-upload/Inilah-Alasan-Suami-Tidak-Boleh-Mengolok-Istri-yang-Bertubuh-Gemuk1.jpg

"Baik, pak...saya sih ndak masalah. Tapi nggak tau dengan orang rumah. Bapak akan saya kasi tau secepatnya". Demikian suatu penggalan pembicaraan saya dengan salah seorang staf teknis saat akan mendelegasikan survey lapangan di luar kota secara mendadak. Kejadian itu beberapa tahun lalu. Dan baru kali itu pula saya dengar istilah "Orang Rumah". Karena dia masih penganten baru dan masih tinggal di "Pondok Mertua Indah" saya pikir tentu wajar dia akan minta ijin terlebih dahulu pada mertuanya yang nota bene pemilik rumah yang dia tempati bersama istri.

Tak lama, saya pun sering dengar istilah itu di lingkup proyek saat sesama tukang bangunan bercanda. "Wah Pak Man lagi tulalit, tooh ! Pasti tadi malam ndak dikasi sama orang rumah". Waktu itu saya tidak terlalu "hirau". Namanya juga candaan. Saat itu dipikiran saya, "orang rumah" merupakan istilah bahasa lokal/daerah dan hanya di lingkup para tukang bangunan tersebut. 

Selanjutnya ada perkembangan, saya jadi tahu istilah "orang rumah" juga dipakai bukan hanya dilevel para tukang. Teman-teman dunia kampus, asosiasi dan pergaulan di daerah saya pun sering menyebut "orang rumah". Pemahaman saya pun bertambah, ternyata yang dimaksud "orang rumah" adalah istri. Mungkin karena posisi klasik istri adalah di rumah. Heu heu heu...! Dan istilah "orang rumah" hanya berlaku di daerah saya saja.

Walau demikian, kala itu saya tidak pernah menggunakan istilah "orang rumah" untuk kata ganti istri saya. Saya pun tidak akan menyebut "orang rumah" untuk istri kawan. Saya masih "aneh" saja dengan istilah "orang rumah", lagian..istri saya adalah wanita karier, bukan seharian tinggal di rumah sebagai ibu rumahtangga pada umumnya.

Namun belakangan ternyata saya salah, ternyata istilah "orang rumah" sudah berlaku secara "nasional". Hal itu saya ketahui ketika bertemu dan berbicara dengan kolega dari propinsi lain. Aaw...Aaw!  Dan saya kaget juga, ketika berbicara dengan rekan-rekan perempuan, mereka juga menyebut "orang rumah" untuk suami-suami mereka! Demikian juga si grup WA kawan kuliah, grup profesi, grup komunitas juga pakai istilah "orang rumah". Heu heu heu...! Anccoree !

Kini istilah "orang rumah" sudah tidak asing lagi. Sering dipakai dalam pergaulan di berbagai level sosial. 

sumber gambar : http://www.ummi-online.com/po-content/po-upload/Inilah-Alasan-Suami-Tidak-Boleh-Mengolok-Istri-yang-Bertubuh-Gemuk1.jpg
sumber gambar : http://www.ummi-online.com/po-content/po-upload/Inilah-Alasan-Suami-Tidak-Boleh-Mengolok-Istri-yang-Bertubuh-Gemuk1.jpg
Orang Indonesia Kaya Istilah Baru

Kesadaran saya mungkin terlambat. Tapi kata Mukidi--penasehat spiritual saya--tidak ada kata terlambat untuk untuk sesuatu yang baru. Saya tidak tahu asal muasal "orang rumah", siapa pencetus awalnya dan siapa atau komunitas kominutas mana yang mempopulerkannya. Mungkin butuh ahli sejarah, ahli bahasa, ahli penyidik kepolisian atau KPK untuk meneliti asal muasal istilah "orang rumah" tersebut. Kalau ketemu, bolehlah diberi penghargaan di Kompasianival. Hak hak hak!

Istilah atau Frasa "orang rumah" tergolong bahasa gaul. Frasa tersebut muncul untuk memudahkan atau meringankan suasana komunikasi. Bisa jadi menyebut "pasangan hidup" dirasa terlalu "wah", dan bila menyebut "Suami" atau "istri" dalam pergaulan terlalu formil dan (mungkin) bikin "ngerii". Hahaha! 

Umumnya tuntutan pergaulan (candaan) lebih ke sesuatu yang "cair dan ringan", tanpa mengurangi rasa hormat pada "pasangan hidup". Contoh ; "Eeits, jangan salah.....nanti malam ente tidur dikasi punggung sama orang rumah, baru tau!" Candaan itu tampak lebih ringan tanpa mengurangi "respek" pada "pasangan hidup" orang yang dicandai. Coba ganti dengan Suami atau Istri, akan nampak lebih formil sehingga terasa menohok.  Atau contoh lain "Oke, saya permisi dulu, nih. Salam untuk orang rumah ya". Pemakaian istilah "Orang Rumah" jadi lebih umum dan ringan. Beda sensasinya bila pakai Istri atau Suami "Salam untuk istrimu, ya". Hadoooh...bisa-bisa si teman itu cemburu. Hak hak hak! Padahal maksudnya hanya "basa-basi" saat pamit. Dalam konteks dunia pergaualan dan candaan, istilah "Orang Rumah" bisa dimaksudkan sebagai eufimisme bahasa. 

sumber gambar : https://dinahermawanblog.files.wordpress.com/2017/04/bahasa-indonesia.jpg?w=673&h=312&crop=1
sumber gambar : https://dinahermawanblog.files.wordpress.com/2017/04/bahasa-indonesia.jpg?w=673&h=312&crop=1
Begitulah, bahasa Indonesia akan terus berkembang dengan istilah-istilah baru yang lahir dari pergaulan sehari-hari. Jaman sekarang, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat, sebuah istilah di suatu daerah bisa menjadi milik seluruh bangsa--nasional. LAhirnya beragam istilah gaul bisa menyatukan bangsa ini yang terdiri dari beragam suku bangsa, bahasa, dan segi geografis yang terpencar dari Sabang sampai Marauke.

Keberagaman bisa menjadi sebuah kesatuan dalam bingkai Indonesia karena adanya bahasa pemersatu. Hal termudah bisa dimulai dari istilah-istilah pergaulan antar anak bangsa. Untuk itu, kita tak perlu alergi dengan istilah-istilah baru yang muncul. Jadikanlah bagian pengikat sesama anak bangsa dalam suasana yang cair.

Kini saya sudah biasa pakai istilah "orang rumah". Untuk yang masih belum punya "orang rumah", jangan berkecil hati. Berdoalah agar kelak lahir istilah gaul pengganti "kehampaan hati". Kan ndak enak ngomong sama boss ; "Baiklah pak, nanti akan saya bicarakan dulu dengan "kehampaan hati" saya". Uups! Heu heu heu! Anncoree..!

------

Peb, 7/9/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun