Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia dan Malaysia Telah Tunjukkan Jiwa Olahraga

28 Agustus 2017   03:47 Diperbarui: 30 Agustus 2017   06:16 3247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar pemain Indonesia Yabes Roni yang menangis dipeluk pemain Malaysia usai pertandingan, sumber ; http://cdn1-a.production.images.static6.com/U3WWpr4t_qD-cH4rd5VC1KdK2fc=/640x355/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1692301/original/008231600_1503764137-20170826VYT_Indonesia_Vs_Malaysia_23.JPG

Kalah itu menyakitkan hati. Bikin tak enak makan, tak nyenyak tidur, tak konsen baca Kompasiana, tak asik pacaran. Rasanya ingin marah terus, tapi kalau keterusan bakal dikira gila, siapa yang rugi? Kalah itu bikin sedih. Bikin patah hati.  Kalah bola lawan Malaysia kali ini lebih menyakitkan dibandingkan saat ditinggal Raisa tunangan dan kawin sama Hamish Daud, bettoll? Heu heu heu!

Kata Iwan Fals dalam lagunya 'Bongkar' ; "kesedihan hanya tontonan bagi mereka yang diperbudak jabatan" # eehh...ada hubungan sama bola, nggak sih? Heu heu heu...aawuuuooo...ammpun dewaa celana!

Terserah cara pandang pembaca menilai tulisan ini. Mungkin dianggap sekedar cari-cari penghiburan? Tak apalah. Kata Mukidi-penasehat spiritual saya-kalau seseorang mampu menghibur diri sendiri maka orang tersebut masih waras. Masih mampu pakai celana dengan baik dan benar. Dan semoga juga mampu menghibur banyak orang. Kalau bukan kita sendiri siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Ayoo kerja..kerja! Heu heu...

Satu hal yang pasti, ini bukan cari-cari alasan atas kekalahan Timnas kita. Bukan pula cari kambing hitam. Kalah adalah kalah, sementara kambing hitam tak ada diantara kekalahan itu. Kambing masih bersama para penjual kambing untuk hari raya kurban minggu depan. Titik.

officila dan pemain Malaysia menghampir dan menghibur pemain Indonesia yang menangis usai pertandingan, sumber gambar ; http://cdn2.tstatic.net/palembang/foto/bank/images/momen-sepakbola_20170827_100303.jpg
officila dan pemain Malaysia menghampir dan menghibur pemain Indonesia yang menangis usai pertandingan, sumber gambar ; http://cdn2.tstatic.net/palembang/foto/bank/images/momen-sepakbola_20170827_100303.jpg
Semifinal sepakbola antara Indonesia vs Malaysia kemarin bukan mencari point dalam sistem penyisihan grup-kompetisi, dimana yang kalah kehilangan point sedangkan yang menang dapat point dan keduanya punya kemungkinan bertemu lagi di lain pertandingan dalam satu event. Laga kemarin bukan pula satu babak "kematian" pada sistem gugur turnamen, dimana tim yang kalah "dipaksa" angkat koper untuk pulang tanpa hasil. 

Laga keduan negara serumpun dan bertetangga itu telah usai. Hasilnya,  Malaysia menang dan maju ke babak Final. Sementara Indonesia "maju" ke laga berikut di babak final juga. Hanya bedanya, Malaysia masuk Final lawan Thailand demi medali emas, sedangkan Indonesia masuk 'final' lawan Myanmar demi medali perunggu. Dalam dunia profan, kedua macam medali itu berbeda gengsinya. Namun dalam dunia sakral, Tuhan punya penilaian tersendiri. Apa penilaian Tuhan? Jangan tanya karena saya masih pelaku di dunia profan. Hak hak hak! 

pelatih Malaysia Ong Kim Swee turut memberikan pelukan persahabatan kepada salah satu pemain Indonesia usai pertandingan, sumber gambar ; http://palembang.tribunnews.com/2017/08/27/mengharukan-4-momen-indonesia-malaysia-usai-pertandingan-ini-tunjukkan-kita-saudara?page=2
pelatih Malaysia Ong Kim Swee turut memberikan pelukan persahabatan kepada salah satu pemain Indonesia usai pertandingan, sumber gambar ; http://palembang.tribunnews.com/2017/08/27/mengharukan-4-momen-indonesia-malaysia-usai-pertandingan-ini-tunjukkan-kita-saudara?page=2
Laga kemarin adalah laga emosional. Namun itu tak berarti emosi yang merusak jiwa olahraga. Justru sebaliknya, telah terbangun dan terjaganya emosi positif kedua tim, termasuk para official dan penonton. 

Bila anda menyaksikan pertandingan itu di layar televisi atau nonton langsung di stadion di Malaysia, terlihat para pemain kedua tim mampu tunjukkan jiwa-jiwa olahraga. Para pemain tersebut fokus pada permainan. Mereka berlari dan saling berkejaran untuk bola bukan untuk menebas kaki lawan sampai cid dan merobohkan tubuh tanpa bola. 

Hampir tidak ada pemain yang saling dorong dengan mata beringas dan makian untuk tawuran. Tidak ada kartu merah dan minim kartu kuning wasit. Mereka bertarung, namun tidak berkelahi. Mereka berbenturan fisik, namun tidak saling bertinju. Kalaupun ada pelanggaran lebih kepada teknis sepakbola. 

kiper Indonesia Satria Tama terduduk lesu dihampiri dan dihibur dua orang kiper Malaysia. Sesama kiper punya ikatan batin yang kiper pula. Sumber gambar ; tribunenews.com
kiper Indonesia Satria Tama terduduk lesu dihampiri dan dihibur dua orang kiper Malaysia. Sesama kiper punya ikatan batin yang kiper pula. Sumber gambar ; tribunenews.com
Secara keseluruhan, pertandingan sangat menarik. Kedua tim bermain hati-hati namun penuh semangat. Karakteristik bermain kedua tim terlihat sebagai sajian indah laga tersebut. Pertandingan pun berjalan apik dan bersih.  

Ketika laga usai, sejumlah pemain Indonesia menangis karena kalah, Pemain Malaysia datang menghibur dan memberi pelukan. Suasana kemenangan dan kekalahan menyatu dalam sebuah drama milik bersama. Momen itu sungguh mengharukan. (Lihat foto-foto berbicara). 

Tidak ada kemarahan pemain Indonesia akibat dikalahkan. Tidak ada pesta berlebihan dan upaya provokasi dan ejekan dari pemain Malaysia karena menang atas seteru besar mereka. 

Dramatisasi laga Indonesia vs Malaysia tersaji apik di lapangan hijau. Ini sebuah realitas di depan berjuta mata penonton kedua negara yang "berseteru" secara psikologis. Realitas di lapangan hijau itu telah meruntuhkan realitas dunia maya yang sebelumnya bagai hantu hidup sangat menakutkan dari rivalitas panjang dan "mensejarah", terlebih pada acara pembukaan Sea Games terjadi "insiden" Bendera Merah Putih terbalik yang bikin banyak orang Indonesia tersinggung dan marah besar.

Sebelumnya, dunia maya bagai terbakar kemarahan dan saling ejek kedua negara itu oleh adanya insiden bendera terbalik. Tergambarlah bayangan perkelahian dalam laga sepakbola semifinal itu. Tapi dalam kenyataannya gambaran itu tak ada sama sekali. Yang ada adalah pertandingan indah dengan jiwa-jiwa olahraga manusia unggul. Mereka "Robohkan setan provoksi da dendam yang berdiri mengangkang". Dan itu telah ditunjukkan oleh kedua tim. 

Lapangan hijau yang nyata itu jadi tempat sekaligus saksi bahwa perseteruan tak berarti bermusuhan. Kekhilafan atau kesengajaan "politis" sekalipun  tak harus dibalas dengan beringas kesumat dendam yang berakibat cidera pemain dan kerusuhan pertandingan. Sepakbola yang melibatkan 22 orang bertubuh kekar dan  kuat adalah milik arena olah-raga, bukan milik tawuran hasil provokasi jiwa kerdil diluar stadion. Demikianlah timnas Indonesia dan Malaysia telah tunjukan secara nyata sepada puluhan juta publiknya ; "We are the champion".

Apa yang ditampilkan timnas Indonesia dalam laga semifinal itu jadi modal besar dan kuat untuk menaklukkan Myanmar , perebutan medali perunggu besok 29/08. Kita tunggu saja dukung Timnas U22. Bravo! 

---- 

Peb27/08/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun