Malaysia Salah, Menpora Imam Nahrowi Juga Salah. SEA Games 2017, multievent olahraga  resmi pengikat persaudaraan sesama negara ASEAN itu jadi heboh. Event itu "dicederai kecerobohan" pemerintah Malaysia selaku tuan rumah penyelenggara. Pasalnya, dalam buku panduan SEA Games 2017 bendera Indonesia terpasang dalam posisi terbalik. Selain itu juga salah menempatkan bendera Indonesia sebagai juara umum 2011, di mana bendera Indonesia malah bergambar bendera Thailand. Tentu saja hal ini bikin kontingen Indonesia kecewa.
Menpora Imam Nahrawi "marah besar". Dia kemudian bikin status di akun twitternya. Kontan cuitan twitter itu dapat tanggapan permintaan maaf Menpora Malaysia. Buntutnya, para netizen pun ramai turut berkomentar di dunia maya. Perang komen pun terjadi. Bukan hanya soal bendera terbalik, tapi juga cara protes dan permintaan maaf. Bagaimana sebaiknya?
Malaysia Salah, Menpora Imam Nahrowi Juga Salah
Kita bangsa Indonesia pastas kecewa dan "marah" ketika bendera merah putih dilecehkan bangsa lain. Apalagi kita baru saja merayakan hari Kemerdekaan ke 72. Rasanya aura semangat 45 masih menyala-nyala. Ketika kemudian Malaysia-negara tetangga terdekat kita "melecehkan" bendera Merah Putih tentunya kemarahan publik kita pun muncul.
SEA Games adalah event resmi bertaraf internasional. Mata dunia tertuju pada kegiatan tersebut, khususnya ke Negara Malaysia selaku tuan rumah penyelenggara SEA Games 2017. Segala hal yang dilakukan si tuan rumah jadi perhatian dunia. Maka tak heran, Malaysia akan berbuat yang terbaik bagi tamunya dan terselenggaranya kegiatan secara sukses.
Ketika ada kesalahan fatal si tuan rumah dalam hal "bendera terbalik" Â maka mereka akan malu sendiri. Sangat malu! Â Dunia Internasional akan menilai mereka.Â
Kita wajar kecewa dan marah, namun bentuk kemarahan tak perlu berlebihan. Ini event internasional antarnegera, bukan event tingkat RT. Jadi, bentuk kemarahan pun harus diplomatis dan elegan. Sudahlah Malaysia dapat "buruk muka" di Dunia Internasional, namun kalau kita tambah kemarahan berlebihan justru kita yang "buruk muka".Â
Reaksi Spontan jadi Bumerang
Reaksi spontan Menpora Imam Nahrowi di media sosial sangat disayangkan. Media sosial bukanlah tempat yang tepat dalam diplomasi. Perlu diingat bahwa Menpora adalah representasi atau wakil pemerintah dan negara Indonesia, sangat disayangkan dia memulai "protes" justru di media sosial.
Ketika cuitan twitter Menpora berkumandang sementara Pemerintah Malaysia tentu saat itu sedang malu besar. Mereka tertimpa "buruk muke". Mereka panik. Wajar saja Menpora Malaysia jadi spontan memberi tanggapan di tempat yang sama untuk meminimalisasi berkembangnya komentar para netizen yang cenderung bebas dan "liar". Kalau Menpora Malaysia  tak menanggapi justru tambah kacau, karena yang punya akun protes adalah Imam Nahrawi seorang menteri !
Sejatinya, protes Menpora Imam Nahrowi menggunakan jalur resmi terlebih dahulu, misalnya lewat konferensi pers atau nota protes resmi ke panitia atau Pemerintah Malaysia.
Soal dunia maya adalah urusan dunia maya, bukan level seorang menteri yang adalah wakil pemerintah RI. Pun kalau Imam Nahrowi tak berkicau di twitter, publik akan tahu juga, dan perang komen dunia maya adalah keniscayaan. Pada dunia tersebut, seorang Menteri tak perlulah terjun mempermalukan dirinya.
Sebagai negara tetangga bersahabat, ketika tuan rumah mendapat malu karena kecerobohanya diketahui banyak pihak, kita justru harus membantunya untuk tidak tambah malu. Itulah namanya sahabat.Â
Kalau pun ingin bikin malu tetangga, ada cara elegan yang bisa ditempuh, caranya? Berikan dia maaf dengan senyum sumringah. Kata Raisa, Senyum yang Terindah. Â Heu heu heu...
----Â
Peb, Ahli Malu tanpa Setifikasi.
Sumber berita ; Satu, Dua, Tiga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H