[caption caption="gambar deretan karangan bunga di salah satu sudut kantor balaikota untuk Ahok/Djarot, sumber gambar ; https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2017/04/25/836457/670x335/karangan-bunga-dukungan-ahok-djarot-terus-banjiri-balai-kota.jpg"][/caption]
Ini aneh atau unik. Sejumlah kalangan, baik individu atau kelompok bikin 'sensasi' di balai kota tempat gubernur DKI berkantor. Tempat itu banjir karangan bunga yang ditujukan kepada Ahok/Djarot.
Belum lama pilkada DKI usai digelar dengan keterpilihan gubernur baru harapan rakyat DKI, yakni Anies/Sandi. Sementara Ahok/Djarot selaku petaha kalah. Uniknya, mengapa justru pasangan Ahok/Djarot yang kalah justru banyak menerima karangan bunga? Fenomena unik ini mungkin butuh ahli sosiologi, komunikasi, atau ahli bunga untuk menjelaskannya. Atau hanya butuh para tukang bunga? Aah, yang bener aja lu..!
Esensi Pesan di Karangan Bunga
Umumnya, karangan bungan memuat pesan sukacita atau dukacita. Karangan bunga sukacita memberi selamat, doa dan harapan kepada seseorang atau grup terkait keberhasilan, keselamatan, dan lain sebagainya. Intinya ikut si pengirim berbahagia. Sementara karangan dukacita memuat pesan si pengirim turut merasakan duka pada satu sosok atau kelompok yang sedang dilanda duka atau kesedihan. Inti dari kedua macam karangan bunga itu adalah pesan, bahwa si pengirim memberi perhatian, menunjukkan sikap perduli, atau empati kepada si penerima.
Bila melihat 'persaingan politik' Anies/Sandi dengan Ahok/Djarot harusnya kedua pihak mendapat karangan bunga dengan pesan sesuai posisi hasil pilkada. Misalnya ; ucapan selamat kepada Anies/Sandi, atau terimakasih kepada Ahok/Djarot atas pengabdiannya selama menjabat. Tentu saja kecenderungan yang muncul adalah Anies/Sandi akan menerima lebih banyak karangan bunga. Adalah lumrah bila sebagai pemenang, ucapan selamat akan mengalir dari berbagai pihak, serta banyak harapan orang kepadanya bila resmi menjabat.
Banjir karangan bunga kepada Ahok/Djarot sebagai pihak yang kalah tentu jadi fenomena menarik dan unik dari sikap sebagian masyarakat DKI. Mereka tunjukkan pesan secara verbal sebagai 'sesuatu' yang 'kadang sulit diungkapkan dengan kata-kata'. Bila melihat esensi pemberian karangan bunga maka Ahok/Djarot lah yang mendapat empati. Lalu, apakah kemenangan fenomenal Anies/Sandi tidak mendapat empati publik? "Ah, enggak juga bro! Mungkin bukan lewat karangan bunga, tapi lewat media lain. Media apa itu? Ya aku ndak tau! Saat ini yang aku bahas hanya soal karangan bunga, bukan yang lain" . Kata iklan anu ; "Selanjutnya terserah anda". Begitulah, bunga memang tak pakai celana.
Salam karangan bunga
____
Peb26/04/2017
Â
Sumber berita ; Satu, Dua, Tiga
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H