Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kemesraan Anies/Sandi dan Fenomena Pecah Kongsi Kepala Daerah

21 April 2017   07:58 Diperbarui: 14 Oktober 2017   05:38 2649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam realitasnya sudah banyak contoh pemimpin daerah pecah kongsi politis baik itu tingkat pemerintahan kota (walikota), kabupaten (bupati/wakil bupati) dan provinsi (gubernur/wakil gubernur). Contoh terdekat adalah masa gubernur DKI ke 15 periode 2007-2012 yakni Fauzi Bowo dan wakilnya Prijanto. Sebelum tuntas masa jabatannya, Prijanto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Wakil Gubernur. Ia mengajukan surat penguduran diri namun, pengunduran dirinya ditolak oleh DPRD DKI Jakarta. Pengunduran diri itu petanda tidak adanya keharmonisan gubernur/wakil gubernur. Contoh lain adalah Bupati Garut periode 2008-2013 Aceng Fikri. Diperjalanan jabatan, pada tahun 2011, Wakilnya Diky Candra menyatakan pengunduran diri karena ketidakharmonisan hubungan dengannya terkait komitmen politik yang tak sejalan. Aceng Fikri sendiri akhirnya tidak sampai habis masa jabatan setelah dimakzulkan karena skandal perempuan.

Pecah kongsi politis pemimpin daerah masih mendingan bila terjadi usai masa jabatan, namun kalau terjadi pada masa jabatan masih berjalan maka yang dirugikan adalah masyarakat wilayah tersebut.

Pecah kongsi jelas akan mempengaruhi citra dan jalannya pemerintahan. Akibatnya pelayanan publik terganggu, hilangnya keteladanan sebagai pemimpin masyarakat, serta munculnya isu negatif dan kasak-kusuk yang menguras energi publik.

Menurut (mantan) menteri Dalam Negeri Gemawan Fauzi, 94 persen pemimpin daerah pecah kongsi (sumber). Ia mengatakan "hubungan 'mesra' kepala daerah dan wakilnya pada umumnya terjadi pada tahun pertama pemerintahan. Memasuki tahun kedua mulai terjadi 'gesekan' yang mengurangi keharmonisan. Memasuki tahun ketiga dan keempat, kemesraan sirna, bahkan sudah tidak saling tegur"

Fenomena pecah kongsi ini  jadi preseden yang harus diperhatikan oleh Anies dan Sandi serta kelompok-kelompok pendukungnya.   Melihat latar belakang keduanya yang 'sama-sama orang nomor satu', tentu ada kepentingan tersendiri untuk menampilkan diri lebih dimata publik. Misalnya Anies dengan cara berpikir 'retoris' dan Sandi yang ' berpikir praktis untung-rugi layaknya pengusaha' bisa menjadi salah satu dari sekian banyak titik gesekan.

Seringkali pula pergesekan berasal dari 'gosokan' orang-orang terdekat yang berasal dari masing-masing habitat asli setiap pribadi pemimpin. Tentu saja hal tersebut terkait soal pembagian kue proyek pembangunan.

Kita berharap pasangan Anies/Sandi tetap langgeng sampai akhir masa jabatannya kelak. Sangat mahal nilai yang harus dibayar warga DKI, bahkan seluruh Indonesia dalam konstelasi Pilkada DKI 2017 ini. Sangat menguras emosi, dana, tenaga dan pikiran rakyat.

Kepada  Anies / Sandi selamat  terpilih jadi Gubernur dan Wakil Gubernue DKI periode 2017-2022. Selamat bersiap-siap memasuki rimba baru. Jangan pernah pecah kongsi. Ingat itu. Heu heu heu...

-----

Peb/21/04/2017

referesi :satu, dua 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun