Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Memahami Medan Tempur 'Tukang Omong' dan 'Tukang Tulis'

20 Maret 2017   20:22 Diperbarui: 21 Maret 2017   18:00 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjuangan penulis dalam media menulis untuk menemukan rangkaian kata (kalimat) yang tepat seringkali membuatnya harus termenung lama hanya untuk mendapatkan sebuah kata. Pada mereka yang tak kuat daya juang-nya, seringkali ‘lari atau menyerah’. Dia angkat tangan ketika harus menulis. Munculah pernyataan “Ampun, bro....gue gak jadi nulis, deh”.  Heuheuheu...! Karena situasi itu, ‘ Ide’ yang sudah dia miliki hanya akan tetap menjadi sebuah ‘Ide’. Tak akan menjadi tulisan apapun.

Memilih Kata

Seorang calon penulis (belum menghasilkan tulisan) ada yang punya banyak kata. Kekayaan (referensi)  yang dia miliki itu tidak serta merta membuatnya mudah membentuk kalimat. Persoalannya adalah dalam memilih kata yang tepat sesuai konteks ide yang dia miliki.

Banyak kata tersedia, dari yang sejenis (satu family) maupun yang tidak. Ketika harus menjelaskan ide sesuatu, tidak semua kata yang sejenis bisa digunakan. Harus diadakan pemilihan. Contoh kata yang sejenis berdasarkan sifatnya : Sepi, Hening, Sunyi. Dalam menulis, misalnya puisi, si penulis harus jeli memilih salah satu dari ektiganya untuk mendapatkan kedalaman makna yang mampu menciptakan imaginasi bagi pembacanya. Bila salah menentukan pilihan, akan mempengaruhi ‘romantisme’ atau ‘dramatisasi ide’ tulisan.

Pekerjaan fase ‘Memilih Kata’ merupakan lanjutan dari  fase ‘Mencari Kata’. Jangan anggap enteng fase ini.  Pada fase ‘Memilih Kata’ ini sama beratnya dengan ‘Menemukan/Mencari’. Ketika anda mencari kata bisa jadi akan menemukan banyak kata, namun banyak kata itu tak bisa sembarangan digunakan. Hal tersebut akan sangat berpengaruh pada ‘performance’  tulisan anda. Bisa jadi kalau salah, maka oleh para pembaca tulisan anda akan dikategorikan  tulisan ‘kacangan’ atau  murahan, tidak elegan, kasar, provokatif, jelek dan lain sebagainya. Akan tampak sebuah tulisan itu ditulis oleh penulis pemula, si Mahir, atau si Ahli dan lain sebagainya. Padalah seringkali sebuah tulisan ‘murahan’  sebenarnya memuat sebuah ide brilyan. Tapi karena si Penulis tidak mahir memilih kata, jadinya ‘murahan’, (terlepas dari kesengajaan si Penulis memproduksi tulisan murahan dengan motif tertentu).

Seorang yang sudah mahir menulis sekalipun seringkali harus berulangkali mengedit (mengganti kata) di tulisannya karena ada pilihan kata yang tidak tepat. Jadi para penulis pemula tidak perlu rendah diri, si Mahir pun terpaksa ‘berjuang keras’ dalam menulis. Heuheuheyu...rasain!

Upaya memilih kata bersandar pada kekutan struktur segitiga yakni : Logika, Rasa, dan Karsa. Logika mengarah pada pemikiran logis yang dikandung kata. Rasa mengarah pada kedalaman makna yang kata, sedangkan karsa adalah upaya merangkainya dalam konteks kalimata dan semesta ide. Soal pembahasan lebih dalam tetang strukjtur segitiga tersebut akan saya tulis kemudian dalam artikel tersendiri, biar artikel ini ndak kepanjangan dan bikin bosan pembaca...heueheu

Cara Menemukan Kata dan Memilih Kata

Cara untuk ‘menemukan kata’ dan ‘memilih kata’, selain dengan perenungan juga dibutuhkan proses belajar yang panjang, yakni  dengan banyak membaca tulisan orang lain. Ini memang tips dasar dan klasik . Kata Mukidi, penasehat spiritual saya, dengan banyak membaca kita jadi berwawasan luas. Lewat tulisan orang lain yang kita baca, maka kita bisa memahami ide dan cara si Penulis mendapatkan atau menentukan (memilih) kata yang tepat untuk menjelasakn idenya tersebut.

Di kompasiana ini saya sering menulis artikel politik. Ya, namanya politik tentu terkait pilihan politis tertentu. Untuk memperkaya diri dalam hal kepenulisan politik, saya tidak menutup diri hanya pada pilihan politik yang sama. Saya suka membaca tulisan-tulisan politik dari penulis yang berseberangan dengan pilihan politik saya.  Dengan begitu, saya bisa memahami ide si npenulis dan bagaimana dia menemukan dan  memilih kata bagi ppilihan politiknya. Sebiusanya saya komen di artikelnya demi ‘membayar’ upaya pencurian saya itu, sekaligus silaturahmi dengan ‘lawan politik’. Heuheuehu....! Ini baru contoh dari satu semesta raya Ide yang sama. Tentunya banyak tulisan dari kanal lain dan media luar yang  layak dibaca untuk memudahkan kita menjadi ‘tukang tulis’ di Kompasiana.

Demikianlah tulisan ini saya buat tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun, hak hak hak! Dengan  membaca artikel ini semoga anda bisa menjadi “Tukang Omong’ sekaligus “Tukang Tulis”  yang baik. Kalau anda bisa memiliki kemampuan dua macam kehalian tukang tersebut maka adan akan dapat sepeda dari saya, heuheueheue...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun