Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY Merapat ke Ahok/Djarot, Langkah Pemutus Dendam Abadi Politik Keluarga

20 Februari 2017   07:12 Diperbarui: 20 Februari 2017   08:40 10475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara di dalam dirinya sendiri peperangan batin tak kalah hebatnya. Dia ingin menjalani dan melakukan sesuatu seturut kata hati, kepribadian, pemikiran besar dan segala kediriannya, tapi begitu sulit baginya mengartikulasikannya secara verbal.

Kenapa demikian?
Karena tidak ada ruang dialog bagi dirinya yang bisa menjadi media komunikasi verbal tersebut. Ruang dirinya adalah kosmologi bagi dirinya, tak ada orang yang masuk dan menjadi dirinya di ruang itu untuk menjabarkan perkelahian batinnya. Dia menjadi tak terbaca secara utuh!

Ketika semua prakiraan sudah dibuat para pengamat dengan versinya masing-masing. Lalu bagaimana mengetahui keinginan politis AHY terkait kedua kompetitornya, dan keberlanjutan pilgub DKI?

Perlu adanya pendekatan etnologis pribadi (deep interview) dari orang yang berani masuk ke ruang pribadinya, tidak menjadikannya obyek semata, namun orang tersebut menjadi AHY! Masih ada cuku waktu hal itu dilakukan jelang putaran kedua Pilgub DKI.

Namun jangan heran bila ternyata terungkap bahwa AHY ingin merapat ke Ahok/Djarot bukan karena semata demi memenangkan Ahok/Djarot, namun karena jiwa ksatrianya dia ingin memutus dendam pribadi Ayahnya pada Megawati. Menghapus dendam pribadi pimpinan yang menjadi dendam partai. Dia ingin membangun persaingan politik masa depan, politik yang dipegang jiwa muda yang indpenden, ksatria, dan tangguh berlandaskan jiwa-jiwa sportivitas. Dia lakukan itu semua demi Indonesia yang lebih baik dimasa depan. Lalu, apa ambisi pribadinya sebagai mahluk politik? Dia percaya bahwa semua yang dipikirkannya itu adalah investasi politik bagi karier politiknya ke depan, bukan bagi ayah, keluarga, atau partai sekalipun!

------

Peb/20peb2017

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun