Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Takut, Menulis Fiksi Tak Melulu Jagonya Orang Sosial-Humaniora

19 Februari 2017   00:27 Diperbarui: 19 Februari 2017   10:42 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto buku kumpulan cerpen 'Piring-piring Krismon' karangan Andri Sipil II sumber foro; Dok. Pebrianov

Menulis fiksi bukan perkara mudah bagi sebagian orang, terlebih bila pekerjaan utama orang tersebut tidak ada kaitannya dengan dunia tulis-menulis khususnya di ranah tulisan populer. Dibutuhkan talenta dan kemauan yang besar untuk mengembangkan talenta itu dengan cara rajin membaca untuk memperluas wawasan dan tekun menulis di berbagai berbagai media dan event fiksi. Menulis fiksi bukan semata kemampuan mengolah kata-kata menjadi diksi yang indah, namun juga kepekaan si penulis dalam melihat dan kemudian mengamati realitas di lingkungannya. Sekecil apa pun realitas itu, mata hati dan mata pena penulis fiksi akan menangkapnya menjadi sesuatu yang berarti untuk direnungkan. Andri Sipil, seorang Kompasianer, telah melakukan semua itu dengan sangat baik. 

Andri Sipil, begitu dia menamakan diri di Kompasiana ini. Dia telah menerbitkan buku yang berisi kumpulan cerpen karyanya di Kompasiana. Dia adalah pemenang Event Romansa September RTC (Rose RTC) yang diselenggarakan pada tanggal 15-17 September 2016 lalu oleh komunitas Fiksi RTC (Rumpies The Club) yang sangat eksis di Kompasiana ini.

Judul cerpen yang memenangkan Andri Sipil pada even itu adalah ‘Lemerence’, kemudian sebagai hadiahnya komunitas RTC mensponsori penerbitan karya-karya Andri Sipil menjadi sebuah buku Fiksi. Uhhiiyy..mantap surantap! Proficiat untuk Andri Sipil, Salut untuk komunitas RTC, Terima kasih untuk Penerbit Lingkar Mata, dan Salam Hormat kepada Kompasiana yang telah mempertemukan para telenta di dunia maya sekaligus “memasak” mereka menjadi matang dan bersaudara di blog keroyokan ini. Itu adalah salah satu wujud dari “Beyond Blogging” Kompasiana. Celeguuk!

Buku kumpulan cerpen ini diberi judul “Piring-piring Krimon” sebuah renungan humanis tentang masyarakat sehari-hari. Dramaturgi krisis moneter (krismon) menjadi ide untuk menggambarkan potret kehidupan masyarakat sehari-hari yang jadi hasil renungannya. Buku ini disunting oleh Kompasianer Ikhwanul Halim, seorang Kompasianer fiksi kawakan dan salah satu nominee Kompasiana fiksi tahun 2016. Sementara desain Cover oleh Ken Shara Odza yang juga Kompasianer fiksi. Kedua orang itu adalah admin dari sejumlah admin yang ada di komunitas RTC. Cover buku berwarna biru pucat, bergambar piring-piring, ukuran buku 13,5x19 cm, tebal 0,8cm. Jadi ukuran buku ringan dan enak dibawa ke mana pun termasuk saat merenung di “bilik termenung” alias toilet. Bukankah bilik tersebut merupakan salah satu tempat menerung dan menemukan banyak ide? Heu heu heu...

Penulis yang Menyatu dengan Isi Buku

Pekerjaan utama Andri Sipil sebagai seorang engineer sebenarnya relatif jauh dari dunia fiksi-kalau tidak mau dikatakan bertolak belakang, namun dia bisa membuktikan ‘kedekatannya’ dari sisi human interest. Oleh karenanya, dia pun mampu menulis fiksi. Dengan kemauan sangat besar, dia kembangkan talentanya untuk menjadi seorang fiksianer. Dunia engineering sangat erat kaitannya dengan angka, perhitungan matematis, serba pasti dan cara berpikir mekanis layaknya mesin tidak membuat mata hati dan mata pena seorang Andri Sipil tertutup dan mati rasa. Kepekaannya pada realitas menjadi gerbang utama untuk dia mengasah talenta yang dimilikinya. 

Fiksi karya Andri Sipil ini bisa menjadi inspirasi banyak orang, bahwa latar belakang pendidikan dan pekerjaan berbau mekanistik atau apapun bukan penghalang berkarya di dunia fiksi yang identik dengan dunia rasa, kelenturan, imaginasi dan ‘terlihat tak pasti’. Siapa pun bisa memasuki, mengalami dan memiliki ‘yang tidak pasti itu‘ untuk kemudian menjadikannya sebuah kepastian ketika para pembaca menyentuh realitasnya sendiri yang dibangun oleh si penulis.

Sejumlah Kompasianer penggiat fiksi yang berlatar belakang ilmu eksak yang saya kenal adalah Desol (MIPA), Ikhwanul Halim (Teknik Nuklir), Fitri Manalu (Matematika). Mohammad Armand (Kesehatan Masyarakat). Mereka adalah seleb Kompasiana dan sangat eksis di dunia Fiksi Kompasiana ini. Karya-karya mereka sangat detail menggugat humanisme.

Buku fiksi “Piring-Piring Krismon” merupakan kumpulan cerita fiksi yang berangkat dari gambaran realitas sekeliling kita yang ditangkap secara jeli oleh Andri Sipil. Piring-Piring Krismon tak semata bicara tentang cinta terpendam dua orang ‘kekasih’ seperti pada judul “Masa Lalu yang Tumbuh di Halaman Rumah”, namun secara keseluruahn buku ini menawarkan cinta yang jauh lebih luas, seperti cinta pada Tuhan, keluarga, lingkungan, kampung halaman dan negara. Piring-piring krismon membawa banyak cinta kepada para pembaca.

Andri Sipil mengemas Cinta nya yang luas ke dalam diksi-diksi yang menarik. Setiap kata memuat roh cerita. Tanpa disadari, pembaca dibawanya ke dalam alam cerita. Setiap judul dan tema memiliki alamnya sendiri, dan pembaca masuk ke dalam ruang liminalitasnya. Oleh Andri, setiap detail setting cerita diungkapkan secara nyata. Pada detail itulah kekuatan eksplorasi diksi seorang Andri Sipil dalam berfiksi. Sisi humanistik begitu kuat ditampilkannya sehingga secara keseluruhan menjadi sebuah karya fiksi yang memperkaya pembaca untuk mampu melihat kembali diri sendiri.

Bagaimanapun ini penting bagi sebuah karya fiksi, terutama sebagai kumpulan cerita yang memiliki beragam tema dan setting. Pembaca diberikan hidangan beragam menu, dan tidak pernah merasa kenyang kemudian berhenti di pertengahan halaman. Pembaca akan selelu menemukan suasana baru dise tiap karyanya, sampai tanpa disadari telah sampai di halamn akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun