Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Menelaah Pisau Bermata Dua "Om dan Tante" pada Closing Statement Ahok

11 Februari 2017   03:25 Diperbarui: 25 Februari 2017   08:00 11871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
asana keakraban ketiga pasang calon gubernur DKI usai debat ketiga II sumber gambar ; https://images.detik.com/

Hanya saja, "Om dan Tante" janganlah memanjakan anak-anak yang sudah berada dalam kultur keluarga yang dibentuk orang tua lamanya. Kalaupun nanti “Om dan Tante” menjadi orang tua asuh mereka, kultur itu tetap jangan dirusak dengan beragam kemanjaan yang bikin anak-anak tidak mandiri. Sejatinya “Om dan Tante” harus ingat bahwa kultur itu dibentuk orang tua lama sesuai aturan dan undang-undang. Pada konteks ini, “Om dan Tante” (Anies dan Agus bersama masing-masing pasangannya) harusnya sejak awal memahami.

Pada konteks semua itulah, interpretasi-persepsi para “Om dan Tante” sebagai sesama pemimpin harus berbeda dengan publik biasa. Para “Om dan Tante" tersebut sejatinya “tahu sama tahu”. Mereka harus bisa “main cantik” di level mereka sehingga tidak memunculkan kekerasan verbal satu sama lain.  Jangan memunculkannya di panggung terhadap sesama calon pemimpin karena hal itu justru  menjadikan mereka sangat telak sebagai pelaku "kekerasan verbal" tingkat elit yang bikin publik ilfil.

Debat ketiga telah berakhir. Dari kesemua Debat Cagub yang pernah dilakukan, nyatanya ketiga calon pemimpin Jakarta adalah “pelaku kekerasan verbal” bagi sesama mereka sebagai pemimpin. Dan pada akhir debat itu, Ahok telah melakukan kekekerasan verbal terhadap “Om dan Tante” secara telak namun manis.

Setelah acara Debat itu terserah masyarakat Jakarta memilih "pelaku kekerasan verbal" mana yang cocok buat mereka menuju masyarakat demokratis, maju dan terdepan di republik ini.

Selamat memilih.

---

Peb.11peb2017

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun