Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Patrialis Akbar Belajar pada Akil Mochtar

27 Januari 2017   08:37 Diperbarui: 28 Januari 2017   12:59 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimensi waktu yang berbeda sejatinya membuat Patrialis Akbar lebih hebat dari Akil Mochtar.

Ketika Akil Mochtar sebagai "orang kampung" yang beruntung kemudian menjadi buntung, Patrialis Akbar pun menirunya. Dia tahu dan sejatinya bisa belajar banyak ketika Akil Mochtar terjerembab ke lubang lumpur korupsi yang membunuh karier dan cita-citanya. Harusnya Patrialis Akbar tak masuk ke lubang yang sama, sebaliknya menjadikan lubang lumpur Akil itu pembelajaran agar cita-citanya terjaga baik sampai purna tugas.

Kesempurnaan yang Memalukan?
Patrialis Akbar nampaknya tak mau setengah-setengah menjadi 'sosok mirip' dengan Akil Mochtar. Patrialis Akbar menggunakan strategi total footbal untuk mirip. Celakanya strategi itu salah tempat. Operasi OTT pada Akil Mochtar kala itu sangat fenomenal. Ternyata fenomenalitas itu ingin juga dirasakan oleh Patrialis Akbar. Sungguh kemiripan yang Sempurna!

Sayangnya sekali "kesempurnaan" itu menjadi cacat memalukan institusi hukum dan melukai jutaan masyarakat di negeri ini.

-------

Peb27/01/2017

Referensi: kompasiana.com, mahkamahkonstitusi.go.id, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun