Dimensi waktu yang berbeda sejatinya membuat Patrialis Akbar lebih hebat dari Akil Mochtar.
Ketika Akil Mochtar sebagai "orang kampung" yang beruntung kemudian menjadi buntung, Patrialis Akbar pun menirunya. Dia tahu dan sejatinya bisa belajar banyak ketika Akil Mochtar terjerembab ke lubang lumpur korupsi yang membunuh karier dan cita-citanya. Harusnya Patrialis Akbar tak masuk ke lubang yang sama, sebaliknya menjadikan lubang lumpur Akil itu pembelajaran agar cita-citanya terjaga baik sampai purna tugas.
Kesempurnaan yang Memalukan?
Patrialis Akbar nampaknya tak mau setengah-setengah menjadi 'sosok mirip' dengan Akil Mochtar. Patrialis Akbar menggunakan strategi total footbal untuk mirip. Celakanya strategi itu salah tempat. Operasi OTT pada Akil Mochtar kala itu sangat fenomenal. Ternyata fenomenalitas itu ingin juga dirasakan oleh Patrialis Akbar. Sungguh kemiripan yang Sempurna!
Sayangnya sekali "kesempurnaan" itu menjadi cacat memalukan institusi hukum dan melukai jutaan masyarakat di negeri ini.
-------
Peb27/01/2017
Referensi: kompasiana.com, mahkamahkonstitusi.go.id,Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H